TANGERANG SELATAN – Kasus keracunan makanan kembali menghebohkan publik. Ribuan anak dilaporkan mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dari Program Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat, hingga 21 September 2025 terdapat 6.452 kasus keracunan, dengan lonjakan lebih dari seribu kasus baru hanya dalam sepekan terakhir.
Kabar ini wajar membuat orang tua cemas. Keracunan makanan tidak bisa dianggap sepele. Meski sebagian hanya menimbulkan gejala ringan seperti mual atau diare, dalam kasus tertentu kondisi ini dapat membahayakan hingga memerlukan perawatan di rumah sakit.
Apa Itu Keracunan Makanan?
Dilansir Mayo Clinic, keracunan makanan terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, parasit, jamur, atau zat kimia berbahaya.
Gejalanya dapat muncul dalam hitungan jam atau baru terasa setelah beberapa hari. Pada sebagian orang, keracunan bisa sembuh sendiri. Namun, pada anak kecil, lansia, ibu hamil, dan orang dengan daya tahan tubuh lemah, kondisi ini bisa sangat berbahaya.
Gejala yang Perlu Diwaspadai
-
Umum: mual, muntah, diare (kadang berdarah), sakit perut/kram, demam.
-
Serius: gangguan saraf (penglihatan buram/ganda, sakit kepala hebat, kesemutan, kelemahan otot, hingga kelumpuhan).
Kapan Harus Segera ke Dokter?
pada anak:
-
Terlihat sangat haus atau jarang buang air kecil.
-
Tampak lemas, pusing, atau perubahan perilaku.
-
Diare lebih dari 1 hari.
-
Muntah berulang kali.
-
BAB bercampur darah/nanah.
-
Nyeri perut hebat atau demam tinggi di atas 39°C.
orang dewasa:
-
Gangguan saraf (penglihatan kabur, kesemutan, lemas).
-
Kebingungan atau perubahan perilaku.
-
Demam tinggi (≥39,4°C).
-
Muntah terus-menerus.
-
Diare lebih dari 3 hari.
-
Tanda dehidrasi (mulut kering, pusing, jarang BAK, tubuh lemah).
Penyebab & Faktor Risiko
Keracunan makanan bisa dipicu oleh:
-
Bakteri: E. coli, Salmonella.
-
Virus: Norovirus.
-
Parasit: cacing, protozoa.
-
Jamur: penghasil racun.
-
Zat kimia: pestisida, logam berat.
Kontaminasi dapat terjadi sejak panen, penyimpanan, hingga penyajian. Risiko meningkat bila makanan diolah dengan tangan kotor, peralatan tidak higienis, penyimpanan terlalu lama, atau bahan sudah terkontaminasi.
Komplikasi yang Bisa Terjadi
-
Dehidrasi parah, terutama pada anak.
-
Infeksi menyebar ke darah, ginjal, atau otak → sepsis, meningitis.
-
Pada ibu hamil: risiko keguguran atau bayi lahir mati.
-
Komplikasi langka: radang sendi, sindrom iritasi usus, Guillain-Barré, hingga botulisme.
Cara Mencegah Keracunan Makanan
-
Kebersihan: cuci tangan sebelum makan/masak, cuci buah dan sayur dengan air mengalir, bersihkan dapur & kulkas.
-
Pengolahan: pisahkan makanan mentah dan matang.
-
Suhu aman:
-
Daging/ikan utuh: ≥63°C.
-
Daging giling: ≥71°C.
-
Ayam/unggas: ≥74°C.
-
-
Penyimpanan: segera simpan sisa makanan di kulkas, buang makanan basi atau berjamur.
-
Khusus kelompok rentan: hindari makanan mentah atau setengah matang, susu & keju tanpa pasteurisasi, tauge mentah, dan jus yang tidak dipasteurisasi.