JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, Sesar Citarik yang menjadi pemicu gempa Karawang dan Bekasi bermagnitudo 4,7 merupakan sesar aktif.
Sesar ini telah aktif sejak jutaan tahun lalu dan masih menyimpan potensi gempa di wilayah Jabodetabek hingga Sukabumi.
“Jalur sesar ini harus diperhitungkan dalam perencanaan pengembangan infrastruktur di Jabodetabek dan Sukabumi,” ujar Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono kepada Beritasatu.com, Sabtu (23/8).
Daryono menjelaskan, Sesar Citarik berorientasi utara barat daya, timur laut, membentang dari Pelabuhan Ratu, Bogor, hingga Bekasi dengan mekanisme geser mengiri (sinistral strike-slip).
Salah satu aktivitasnya, kata Daryono, memicu gempa Bogor bermagnitudo 4,1 pada 10 April 2025 dengan kedalaman 5 km.
“Bukti bahwa gempa Bogor adalah tektonik, bukan vulkanik, terlihat dari catatan seismik dengan karakteristik gelombang geser dan frekuensi tinggi,” katanya.
Gempa Bogor saat itu menimbulkan kerusakan ringan pada sejumlah rumah warga, terutama di kawasan dengan tanah lunak dan bangunan yang tidak tahan gempa. Guncangan juga disertai suara dentuman dan gemuruh khas gempa dangkal.
“Kerusakan cukup terasa karena hiposenter gempa sangat dangkal, bangunan banyak yang belum memenuhi standar aman gempa, dan lokasi permukiman berada di atas tanah lepas. Faktor ini membuat gempa M 4,1 terasa lebih kuat,” tutupnya.