TANGSEL – Sebuah penelitian terbaru dari Kanada menemukan, timbulnya rasa takut dan cemas berlebihan pada kucing bisa menjadi tanda awal dari suatu penyakit misterius bernama Feline Idiopathic Cystitis (FIC) atau sistitis idiopatik, Penyakit ini menyerang saluran kemih bagian bawah, yang belum diketahui penyebab pastinya.
Menurut para peneliti, vila kucing mudah terkejut, takut pada orang asing, atau menunjukkan perilaku gelisah ternyata lebih berpotensi alami kekambuhan FIC. Temuan ini memberi pertanda penting tentang adanya hubungan antara gangguan mental kucing dan kondisi kesehatan fisik yang dialaminya.
Gejala FIC mirip dengan infeksi saluran kemih biasa. Ciri-cirinya terlihat pada saat kucing mengejan ketika buang air kecil, sering pipis dalam jumlah sedikit, atau mengeong kesakitan saat di kotak pasir. Pada kasus yang lebih parah, urine kucing bisa mengandung darah.
Namun tidak seperti infeksi bakteri, urin kucing dengan FIC tidak mengandung bakteri alias steril. Maka dari itu, dokter hewan akan terlebih dahulu menyingkirkan kemungkinan lain sebelum memastikan diagnosis FIC.
Mirisnya, sebagian besar kucing yang didiagnosis terkena FIC akan mengalami kekambuhan. Sedangkan satu dari lima kucing yang kambuh berulang kali akhirnya meninggal, karena kesakitan yang tak kunjung selesai atau biaya perawatan yang terus-menerus.
“Beberapa kucing akhirnya harus disuntik mati karena penyakit ini,” kata Dr. Marion Desmarchelier, ilmuwan medis zoologi dari Universitas Montreal, seperti dilansir dari laman Science Alert. Dikutip Minggu 20 Juli 2025.
“Penyakitnya sendiri tidak mematikan, tapi biaya perawatan darurat berulang bisa terlalu berat bagi sebagian keluarga,” lanjutnya.
Penelitian sebelumnya menunjukkan ketidakseimbangan antara sistem hormon dan saraf, khususnya berkaitan dengan hormon adrenalin, hal yang mungkin menjadi asal penyebab FIC.
Penelitian juga menyebutkan lonjakan adrenalin yang berlebihan bisa merusak lapisan dinding kandung kemih, sehingga saraf-saraf sensorik terekspos dan menyebabkan rasa sakit serta peradangan.
Jika kucing tidak bisa meredam respons adrenalinnya, karena sudah ada kerusakan, maka gejala akan lebih mudah kambuh. Ini memperkuat dugaan faktor psikologis seperti kecemasan bukan hanya tanda FIC, tetapi mungkin penyebabnya juga.
Tim peneliti menghubungi para pemilik kucing yang didiagnosis FIC selama masa pandemi, dan meminta mereka mengisi kuesioner terkait perilaku kucing, kemungkinan kekambuhan, dan apakah mereka mengikuti saran lingkungan tertentu untuk mendukung kesehatan kucing.
Dari 33 kuesioner yang kembali, ditemukan perbedaan mencolok antara kucing yang hanya pernah sekali mengalami FIC dan mengalaminya berulang kali. Lebih dari setengah kucing dengan satu kali FIC dilaporkan menjadi takut pada orang asing, sedangkan hampir semua kucing yang mengalami kekambuhan menunjukkan sifat penakut.
Peneliti menyarankan agar FIC tidak hanya dilihat sebagai masalah kandung kemih, tapi juga sebagai dampak dari kesehatan mental kucing. Membantu kucing merasa aman dan tenang mungkin bisa menurunkan risiko peradangan di saluran kemih mereka.
Beberapa cara untuk menenangkan kucing antara lain:
– Menyediakan beberapa tempat persembunyian di rumah agar kucing bisa menjauh dari orang lain saat merasa tertekan.
– Terapi feromon untuk membantu mengurangi stres.
– Menghindari perubahan mendadak di lingkungan rumah, termasuk kedatangan orang asing yang terlalu sering.
Ke depannya, penelitian lanjutan diharapkan bisa mengungkap lebih jelas bagaimana hubungan antara kecemasan dan fungsi tubuh kucing, termasuk kemampuan mereka untuk buang air kecil dengan nyaman.
Sementara itu, para pemilik hewan peliharaan diimbau untuk lebih peka terhadap tanda-tanda kecemasan pada kucing mereka, terutama saat ada tamu datang.