DALAM beberapa tahun terakhir, kondisi ekonomi global maupun nasional diwarnai oleh ketidakpastian. Inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah, hingga ketegangan geopolitik menjadi faktor-faktor yang menggerus daya beli masyarakat. Di tengah situasi ini, penting bagi kita untuk mulai berpikir ulang soal cara menabung yang tidak hanya aman, tetapi juga tahan terhadap inflasi.
Salah satu cara yang mulai mendapat perhatian masyarakat adalah menabung emas. Berbeda dengan tabungan konvensional dalam bentuk rupiah yang nilainya cenderung tergerus inflasi, emas justru terbukti menjadi aset lindung nilai (safe haven). Dalam jangka panjang, harga emas relatif stabil dan bahkan cenderung naik, terutama saat kondisi ekonomi sedang tidak menentu.
Sebagai contoh, menurut data dari situs Logam Mulia, harga emas batangan dalam lima tahun terakhir mengalami tren kenaikan yang konsisten. Pada awal 2019, harga emas per gram masih berada di kisaran Rp600 ribuan. Kini, harga tersebut sudah menyentuh lebih dari Rp2 juta per gram. Kenaikan ini bukan semata spekulasi pasar, melainkan mencerminkan nilai intrinsik emas yang diakui di seluruh dunia.
Menabung emas kini juga semakin mudah dan terjangkau. Berkat kemajuan teknologi finansial, masyarakat tidak perlu lagi membeli emas dalam bentuk fisik atau dalam jumlah besar. Lewat berbagai platform digital seperti Pegadaian Digital, Tokopedia Emas, dan aplikasi sejenis, masyarakat bisa mulai menabung emas mulai dari 0,01 gram atau sekitar Rp18.000-an. Ini tentu sangat cocok bagi kalangan muda atau pekerja pemula yang ingin mulai membangun kebiasaan keuangan sehat.
Sayangnya, kesadaran untuk menabung emas masih belum merata. Banyak masyarakat yang belum paham bahwa emas bukan hanya perhiasan, tetapi juga instrumen keuangan yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan jangka menengah hingga panjang. Di sinilah pentingnya literasi keuangan, khususnya di tingkat lokal seperti Kota Tangerang Selatan.
Tangsel dikenal sebagai kota penyangga ibu kota dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif pesat, didukung oleh berkembangnya kelas menengah dan penetrasi teknologi digital yang tinggi. Di tengah geliat ekonomi digital ini, menjadi sangat relevan untuk mulai mengenalkan opsi menabung emas kepada warga, terutama generasi muda. Selain sebagai bentuk diversifikasi tabungan, emas juga bisa menjadi modal darurat saat kondisi ekonomi tidak bersahabat.
Pemerintah daerah maupun sektor swasta perlu berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat mengenai manfaat menabung emas. Kampanye keuangan inklusif tidak cukup hanya berhenti pada ajakan membuka rekening bank, tetapi juga harus menyentuh aspek alternatif penyimpanan nilai, seperti emas digital.
Menabung emas bukan hanya tentang mencari keuntungan, tetapi juga tentang menjaga nilai hasil kerja keras kita agar tidak tergerus waktu. Dengan risiko rendah, kemudahan akses, serta kecenderungan harga yang stabil, emas menjadi pilihan rasional bagi siapa saja yang ingin memiliki cadangan keuangan yang kuat.
Kini saatnya kita melihat menabung bukan sekadar menyimpan uang di bank, tetapi sebagai upaya strategis untuk menjaga masa depan. Dan dalam hal ini, emas menawarkan peluang yang layak untuk dipertimbangkan.
Penulis:
Irenne Putren
Mahasiswi Magister Akuntansi, Universitas Pamulang
Tulisan dibuat dalam rangka tugas kuliah.







