SEIRING perkembangannya, dunia bisnis semakin kompleks dan penuh dengan ketidakpastian. Perlu dilakukannya pengelolaan risiko untuk dapat terus menunjang keberlanjutan dan kesuksesan sebuah organisasi. Tiap-tiap perusahaan, tentu mengalami berbagai risiko yang tidak dapat dihindarkan namun bisa dimitigasi.
Risiko yang datang bisa saja dari internal perusahaan seperti halnya lemahnya pengendalian operasional perusahaan ataupun dari eksternal perusahaan seperti halnya terjadinya perubahan regulasi oleh pemerintah ataupun terjadinya perubahan kondisi pasar.
Internal audit, risk assessment, dan pengendalian internal merupakan sebuah elemen yang saling terkait dan memiliki peranan yang cukup strategis untuk dapat menciptakan sistem terkait tata kelola risiko yang efektif dan efisien dalam sebuah organisasi.
Kita bisa ambil contoh terkait kasus yang tengah memanas pada perusahaan properti asal China yaitu Evergrande yang mana mengalami kesulitan keuangan, dari kasus ini kita dapat melihat betapa pentingnya penilaian risiko dan sebuah pengendalian. Evergrande menghadapi masalah likuiditas akibat tingginya utang yang dimiliki perusahaan (CNBC Indonesia, 2024).
Terdapat teori yang menyatakan bahwa Penilaian risiko harus dilakukan secara komprehensif, melibatkan identifikasi, analisis, dan evaluasi berbagai jenis risiko. Tampaknya dalam kasus ini tidak dijalankan sebuah analisis yang mendalam mengenai kemampuan perusahaan untuk dapat membayar utang tersebut dalam jangka panjang.
Seharusnya untuk perusahaan yang lama sudah didirikan memiliki SOP yang memadai, namun dari kasus tersebut bisa jadi ada ketidak konsistensian dalam menjalankan SOP dan peranan tiap lini untuk menjalankan visi dan misi perusahaan. Sebagai akibatnya, laporan keuangan Evergrande tentunya tidak dapat memberikan gambaran yang akurat mengenai kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.
Faktor internal seperti halnya pengambilan keputusan yang kurang matang atau terkesan tergesa – gesa tanpa sebuah perencanaan ketika ingin melakukan ekspansi bisnis, tentu dapat menjadi penyebab utama masalah ini.
Selain itu, adanya faktor eksternal seperti terjadinya perubahan kebijakan yang dilakukan pemerintah Tiongkok yang mana memperketat regulasi di sektor properti tentunya dapat memperkeruh situasi. Dalam hal ini, minimnya manajemen risiko yang efektif dan adanya ketidakmampuan perusahaan untuk melakukan respons terhadap perubahan kondisi eksternal dapat dijadikan sebuah pembelajaran bagi organisasi lain.
Permasalahan lain yang juga dapat timbul apabila tidak dilakukannya penilaian risiko dan pengendalian internal seperti halnya:
– Kurangnya perencanaan yang matang, yang mana dalam hal ini tentu dapat menyebabkan perusahaan akan rentan terhadap tekanan ekonomi.
– Tidak dilakukannya analisis yang tepat pada area yang berisiko tinggi, yang mana tentunya dapat menyebabkan perusahaan gagal mengantisipasi potensi kerugian yang signifikan, sehingga keputusan strategis menjadi tidak efektif dan merugikan.
– Kurangnya pengawasan, dimana dapat mengakibatkan lemahnya kontrol terhadap operasional dan keuangan, sehingga hal ini dapat membuka peluang terjadinya kesalahan, penyimpangan, atau bahkan manipulasi yang dapat merugikan perusahaan.
– Ketidakmampuan dalam beradaptasi, ketidakmampuan ini dapat membuat perusahaan tidak mampu merespons perubahan eksternal seperti kebijakan pemerintah atau kondisi pasar, sehingga dapat memperburuk kondisi keuangan dan mengurangi daya saing perusahaan.
Permasalahan seperti ini dapat dicegah dengan:
– Melakukan identifikasi dan analisis terhadap risiko secara menyeluruh untuk mengantisipasi potensi masalah sebelum terjadi.
– Menerapkan prinsip GCG dimana dapat digunakannya indikator penilaian berdasarkan ASEAN Corporate Governance Scorecard sehingga tata kelola perusahaan dapat lebih terukur, transparan, dan sesuai standar yang berlaku.
– Terus melakukan pengawasan serta membangun sebuah komunikasi dengan investor ataupun regulator untuk memastikan adanya kepercayaan, dukungan, dan langkah strategis yang sinergis dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis.
Pengendalian internal yang efektif juga dapat mencerminkan tata kelola perusahaan yang baik yang mana dapat mencakup berbagai elemen, seperti pemisahan tugas, otorisasi, dan pengawasan, strategi, dan pengelolaan risiko.
Kasus Evergrande ini tentu mengingatkan kita bahwa risk assessment bukan sekadar formalitas semata, tetapi ini merupakan langkah penting untuk dapat dikenalinya dan dilakukannya antisipasi terkait potensi risiko sebelum berubah menjadi sebuah masalah besar yang dapat menghambat perusahaan dalam memperoleh profitabilitas. Dalam situasi bisnis yang terus mengalami perubahan ini tentunya menuntut perusahaan untuk dapat bertahan dan cepat dalam beradaptasi.
Dengan adanya implementasi pengelolaan risiko yang baik, seharusnya perusahaan dapat mempersiapkan sebuah langkah mitigasi yang tepat terkait kemungkinan risiko yang akan datang. Penilaian risiko dan pengendalian juga diharapkan dapat menjaga stabilitas operasional, dan memastikan keberlanjutan usaha dapat terjamin. Oleh karena itu, diperlukannya untuk membangun dan memastikan sebuah perusahaan memiliki mekanisme pengawasan yang efektif yang menjadi prioritas utama bagi tiap – tiap organisasi.
Penulis:
Arindah Teresia Sinaga
Ayu Nurhafizah
Meisya Dwi Renata
Salsabila Firdausi
Sintia Puspita Dewi
Mahasiswi Universitas Pamulang
Tulisan ini dibuat dalam rangka tugas kuliah.