TANGSELXPRESS – Desakan dari kalangan pengusaha logistik untuk mengevaluasi tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) mencerminkan pentingnya sinergi antara pemerintah, operator jalan tol, dan pelaku usaha dalam mewujudkan efisiensi logistik nasional.
Tarif JTCC dianggap lebih mahal hingga 50% dibandingkan jalur tol lain seperti Tol Jakarta-Cikampek (Japek) atau jalan arteri. Hal ini menjadi hambatan utama bagi pelaku usaha logistik untuk memanfaatkan tol tersebut secara optimal.
“Tarif tol Cibitung-Cilincing yang berlaku saat ini terlalu tinggi, bahkan lebih mahal hingga 50% dibandingkan jalan tol existing seperti Japek atau jalan arteri. Hal ini membuat banyak pelaku logistik enggan menggunakan tol tersebut,” ujar Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Sugi Purnoto di Jakarta, Jumat (6/12/2024).
Jika tarif lebih kompetitif, jalan tol ini bisa meningkatkan efisiensi logistik hingga 50%, dengan manfaat berupa pengurangan waktu tempuh, biaya operasional, dan risiko kecelakaan.
“Kami melihat, jika tarif tol lebih kompetitif, efisiensi logistik bisa meningkat hingga 50%. Penurunan waktu tempuh, biaya operasional, hingga pengurangan risiko kecelakaan adalah manfaat nyata yang bisa dirasakan pelaku usaha,” jelasnya.
Jalan tol ini menghubungkan kawasan logistik penting ke pelabuhan, sehingga sebenarnya memiliki potensi besar untuk menjadi tulang punggung efisiensi transportasi barang di wilayah tersebut.
Dengan tarif saat ini, JTCC hanya digunakan sebagai alternatif dalam kondisi darurat, sehingga manfaat penuh dari infrastruktur ini belum dapat dirasakan.
“Hal ini tentu mengurangi potensi efisiensi waktu dalam kelancaran logistik dengan menggunakan Tol Cibitung-Cilincing,” tuturnya.
Supply Chain Indonesia (SCI) mengusulkan diskusi kolaboratif antara pemerintah, operator tol, dan pelaku usaha logistik untuk mencari solusi yang mendukung semua pihak.
“Kita semua punya tujuan yang sama, yaitu mendukung kelancaran dan efisiensi logistik. Untuk itu, kami siap berdialog dengan semua pihak untuk mencari solusi terbaik,” tambah Sugi.
Pemerintah diharapkan dapat merespons desakan ini dengan meninjau kembali kebijakan tarif JTCC. Upaya ini sejalan dengan visi pemerintah untuk meningkatkan daya saing logistik nasional dan memperkuat konektivitas ekonomi. Demikian dikutip dari beritasatu.com.