TANGSELXPRESS – Soleh Sofyan, pengurus harian Lembaga Dakwah PBNU, mengimbau netizen untuk menghentikan hujatan terhadap Gus Miftah setelah keputusannya mundur dari jabatan sebagai utusan khusus presiden. Ia menilai bahwa langkah tersebut adalah tindakan bijaksana yang menunjukkan kesadaran Gus Miftah atas kesalahannya dan kemauan untuk menerima konsekuensinya.
Soleh menekankan bahwa sebagai sesama Muslim dan anak bangsa, tidak bijak terus-menerus melontarkan kritik atau sarkasme terhadap Gus Miftah.
“Sebagai sesama anak bangsa, apalagi sesama Muslim, tentu kurang bijak jika kita terus menghujat dan menekan. Bahkan sebagian dari kita sudah mulai mengeluarkan kata-kata sarkasme, padahal kita sendiri sedang protes terhadap ucapan sarkasme yang diucapkan Gus Miftah,” jelas Soleh Sofyan, Jumat (6/12/2024).
Mundurnya Gus Miftah dianggap langkah tepat, terutama setelah insiden dengan penjual es teh manis. Soleh memuji permintaan maaf yang telah disampaikan Gus Miftah langsung kepada pihak terkait sebagai bukti ketulusan.
“Gus Miftah mundur dari jabatan sebagai utusan khusus presiden merupakan langkah yang tepat. Apalagi, Gus Miftah sudah meminta maaf secara langsung kepada penjual es teh dengan mendatangi rumahnya,” ungkapnya.
Ia mengingatkan pentingnya sikap saling memaafkan sebagai bagian dari ajaran Islam, sekaligus mengambil hikmah dari setiap peristiwa.
Keputusan mundur Gus Miftah terjadi setelah insiden viral yang melibatkan ucapannya kepada seorang penjual es teh manis. Permintaan maaf langsung Gus Miftah kepada penjual tersebut, serta pengunduran dirinya dari jabatan publik, adalah langkah yang menunjukkan tanggung jawab moral.
“Permintaan maaf dari Gus Miftah adalah bagian dari kesadaran atas kesalahan yang diperbuat. Ia sudah siap mengambil risiko dari tindakan yang dilakukan,” ujar Soleh Sofyan.
Soleh menekankan bahwa kritik perlu disampaikan dengan bijak, tanpa melibatkan ujaran kebencian atau sarkasme, agar tercipta ruang dialog yang lebih konstruktif.
Langkah ini diharapkan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak tentang pentingnya introspeksi, tanggung jawab, dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
“Tindakan bijak seorang Muslim sejati adalah memaafkan jika ada yang meminta maaf, serta mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi,” tandasnya. Demikian dikutip dari beritasatu.com.