TANGSELXPRESS – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta bersama BMKG dan BNPB sedang bersiap menghadapi musim hujan akhir tahun 2024 yang diperkirakan membawa curah hujan tinggi dengan potensi banjir.
Penjabat Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi mengungkapkan rencana rekayasa cuaca sebagai salah satu langkah mitigasi, yang melibatkan penggunaan dana belanja tidak terduga (BTT). Namun, pelaksanaannya membutuhkan penetapan status darurat, sehingga koordinasi terus dilakukan.
“Rekayasa cuaca yang akan kita lakukan untuk pertengahan sampai dengan akhir tahun. Ini sedang dijajaki dengan BNPB dan BMKG. Tentu saja juga terkait penggunaan dana belanja tidak terduga (BTT) untuk rekayasa cuaca,” katanya di Jakarta Pusat, Jumat (6/12/2024).
Teguh menjelaskan karena menggunakan biaya tak terduga, maka pihaknya harus membuat pernyataan status darurat. Untuk itu, ia dan jajaran masih terus berkoordinasi terkait rekayasa cuaca.
“Dengan menggunakan dana BTT maka kita harus ada pernyataan status darurat. Nah, ini sedang kita jajaki dan kita koordinasikan,” ujarnya.
Pemprov Jakarta, menurut Teguh, juga akan menyiapkan infrastruktur yang tepat untuk mengantisipasi banjir di Jakarta. Untuk kesiapan mitigasi banjir, Pemprov Jakarta sudah melakukan apel kesiapsiagaan bencana dan memastikan seluruh perangkat penanggulangan banjir bisa bekerja secara optimal.
Dia mengaku, jika Jakarta diguyur 10 hari berturut-turut, maka akan membuat kondisi tanah akan jenuh. Kondisi tersebut juga akan memperlambat aliran air.
“Ini yang juga harus kita lakukan antisipasinya. Namun, secara infrastruktur yang ada, kita sudah melakukan apel siaga antisipasi musim hujan, insyaallah, dari sisi infrastruktur siap,” tegasnya.
Teguh menjelaskan, Pemprov Jakarta sudah menyiagakan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, seperti BPBD, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Satpol PP, Dinas Perhubungan, Dinas Binamarga. Dia menegaskan untuk menghadapi bencana banjir dan dampaknya perlu adanya kolaborasi.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati telah mewanti-wanti agar skenario terburuk, seperti banjir besar pada 2020, tidak terulang kembali. Langkah-langkah preventif ini diharapkan mampu meminimalkan dampak hidrometeorologi di Jakarta. Demikian dikutip dari beritasatu.com.