TANGSELXPRESS – Tengah malam, tepatnya hari Sabtu (30/11) dini hari pukul 01.00 WIB, ketenangan warga perumahan elite Bona Indah, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan terusik dengan jeritan seorang wanita dari salah satu rumah di perumahan itu.
Jerit menyayat minta tolong itu datang dari rumah keluarga APW (40). Sejurus kemudian, dari rumah itu keluar sesosok remaja 14 tahun yang tak lain dan tak bukan adalah MAS, anak dari pasangan APW dan AP (40).
Jerit minta tolong itulah yang membangunkan warga sekitar. Warga pun sontak menuju rumah itu. Di sanalah, warga menemukan APW tewas bersimbah darah dengan sejumlah luka tusuk. Demikian juga dengan RM (68) yang selama ini diketahui sebagai nenek atau orangtua APW.
Sama halnya dengan APW, RM juga ditemukan tewas bersimbah darah dengan sejumlah luka tusuk. Nasib AP sedikit lebih beruntung, warga segera melarikannya ke rumah sakit dan selamat dari maut. Kondisi AP juga dilaporkan masih kritis.
Ketiganya, ditemukan warga di lantai dua rumah itu. APW ditemukan tewas di kamar, sedangkan AP dan RM ditemukan di ruang berbeda.
Warga pun mengejar MAS yang berusaha melarikan diri. Bersama sekuriti perumahan itu, MAS berhasil diamankan di lampu merah Jalan Karang Tengah Raya.
MAS kemudian diamankan ke kantor polisi untuk menjalani pemeriksaan.
Ternyata, tak mudah mengorek keterangan dari mulut remaja 14 tahun ini. Dia lebih banyak diam saat polisi menginterogasinya. Curiga, polisi memeriksa urin MAS. Dan hasilnya, MAS negatif narkoba.
Hingga saat ini, motif pembunuhan itu masih belum jelas. Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan AKBP Gogo Galesung mengatakan, untuk sementara MAS nekat membunuh keluarganya karena adanya “bisikan yang meresahkan”.
Kasat menceritakan, sebelum peristiwa pembunuhan horor itu, MAS merasa gelisah saat berada di kamarnya di lantai 2. Tersangka mengaku mendengar bisikan yang meresahkan yang membuatnya bergerak ke dapur di lantai 1.
“Ya, interogasi awalnya dia merasa dia tidak bisa tidur, terus ada hal-hal yang membisiki dialah, meresahkan dia, seperti itu,” ujar Gogo.
Di dapur itulah, MAS mengambil sebilah pisau. Kemudian dia kembali menuju lantai atas. Pertama yang dia tuju adalah kamar ayah dan ibunya. Saat itu, APW dan AP sedang tertidur pulas. Sedangkan sang nenek tidur di kamar lainnya, juga di lantai atas.
Begitu masuk kamar orangtuanya, MAS langsung menyerah sang ayah dengan tusukan pisau bertubi-tubi. APW tak berdaya, dia langsung tewas setelah ditusuk berulang kali oleh MAS.
Hal inilah yang membangunkan AP dari tidurnya. Wanita ini ketakutan dan berteriak minta tolong. AP pun berlari keluar kamar untuk menyelamatkan diri. MAS yang kalap, kemudian menyerang AP dan melukai punggung, pipi dan lengan.
Teriakan AP membangunkan RM, sang nenek. Perempuan tua ini terbangun dan menuju sumber suara. Namun, RM ini juga tak luput dari amukan MAS yang sudah kesetanan.
Tubuh wanita sepuh ini dihujani tusukan pisau maut yang berada dalam genggaman MAS. RM pun rubuh dan tewas di lantai dua rumah itu.
“Jadi ini masih kita dalami ya, tapi informasi awal ya, kami dapatkan keterangan dari pelaku ya, ayahnya sedang tidur bersama ibunya. Dia turun mengambil pisau. Dari dapur, dia naik lagi ke atas dan melakukan penusukan tersebut,” katanya.
Atas kasus ini, polisi memutuskan untuk memeriksa kejiwaan MAS. Korps Bhayangkara akan menggandeng Apsifor atau Asosiasi Psikologi Forensik. (*)