TANGSELXPRESS – Pola asuh uninvolved parenting adalah gaya pengasuhan yang menggambarkan rendahnya daya tanggap dan tuntutan.
Ini dianggap sebagai pola asuh orangtua yang lalai dan enggan terlibat dalam kehidupan anak mereka.
Dalam artian orangtua tidak memenuhi kebutuhan dasar maupun emosional anak. Orangtua yang menjalankan pola asuh ini juga tidak menetapkan batasan atau tidak mendisiplinkan anak-anaknya.
Di samping gaya pengasuhan yang diidentifikasi oleh Diana Baumrind pada tahun 1950-an, diantaranya gaya asuh otoritatif, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif.
Pada tahun 1983 Maccoby dan Martin menambahkan tipe pola asuh ke-4, yaitu uninvolved parenting.
Gaya pengasuhan ini mengacu pada orangtua yang cenderung mengabaikan kebutuhan dasar anak-anaknya. Ciri-ciri pola asuh uninvolved parenting, antara lain sebagai berikut:
- Orangtua yang tidak responsif dan tidak menuntut.
- Pola asuh yang tidak peduli.
- Tidak menunjukkan kehangatan atau kasih sayang terhadap anak-anaknya.
- Bertindak dengan cara acuh tak acuh dan cenderung jauh.
- Ortu tidak membantu atau mengurus kebutuhan dasar anak-anaknya.
- Tidak memberikan dukungan emosional.
- Tidak menetapkan aturan, batasan, dan ekspektasi terhadap perilaku anak-anaknya.
- Tidak menunjukkan minat pada tugas sekolah, aktivitas, atau penampilan anak mereka.
- Tidak melibatkan diri dalam kehidupan anak-anak mereka secara keseluruhan.
Menurut penelitian yang dilansir Parenting for Brain, anak-anak yang mengalami pola asuh ini, dua kali lebih rentan melakukan kekerasan fisik.
Penyebab orangtua mengaplikasikan pola asuh uninvolved parenting ini karena berasal dari keluarga disfungsional dan menerima pengasuhan yang dianggap lalai ini.
Orangtua yang menjalankan juga cenderung memiliki masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecanduan alkohol.
Selain itu, penyebab umum lainnya adalah riwayat masalah penyalahgunaan obat terlarang dalam keluarga.
Para peneliti menemukan bahwa banyak orangtua yang kecanduan dibesarkan oleh orangtua yang kecanduan juga (hingga 83%) dan diabaikan selama masa kanak-kanak (hingga 55%)​.
Orangtua yang kecanduan memiliki karakteristik kepribadian antisosial dan memilih pasangan yang cenderung menyalahgunakan narkoba atau masalah kesehatan mental lainnya memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi lalai.
Dampak dari pola asuh ini, membuat anak-anaknya cenderung mengalami nasib yang buruk serta berdampak buruk pada perkembangan dan kesejahteraan anak.
Efek buruk lainnya, anak jadi lebih impulsif dan kurang pengendalian, kurang berprestasi di sekolah, keterampilan pengaturan emosi rendah, harga diri rendah, mengalami gangguan mood, dan cenderung terkena borderline personality disorder.
Penting dipahami, orangtua yang sibuk belum tentu merupakan orangtua yang lalai. Beberapa orangtua memiliki pekerjaan yang padat tetapi banyak juga yang bisa mengalokasikan waktu khusus untuk dihabiskan bersama buah hatinya. Mereka juga bisa menunjukkan ketertarikan pada kehidupan anaknya.
Hal ini penting untuk menciptakan hubungan emosional ketika menghabiskan waktu bersama meski tidak terlalu sering.
Pola asuh uninvolved parenting, bisa dihindari apabila mempertimbangkan kualitas daripada kuantitas dalam membangun hubungan bonding antara orangtua-anak yang sehat.