Penulis: Pa’ De Noer (Deni Nuryadin)
Komisioner BAZNAS Tangsel
Kisah ini dimulai dari seorang anak kecil memakai sepatu kayu bertemu dengan seorang kakek di pasar yang becek karena sehabis diguyur hujan.
Dalam pertemuan tersebut Sang kalek menasehati si anak kecil, seraya berkata, .
“..nak hati-hati dengan sepatu kayu yang kamu kenakan dalam berjalan jangan sampai terpeleset/ tergelincir dan jatuh.”
Sesaat kemudian sang anak membalas sambil berucap, ” terima kasih kakek, karena kakek telah menasehati saya,” lalu ia pun berucap kembali sambil bertanya kepada sang kakek, ” siapa rupanya kakek yang begitu baik telah menasehati saya ini?”
Sang kakek pun menjawab sambil mengelus jenggotnya, berkata “nama saya Hanafi, nak…”
Sang anak kecil itupun kaget, karena mendengar jawaban dari sang kakek, seraya berkata kembali, ” betulkah kakek yang didepan saya ini adalah seorang Imam Besar Hanafi yang terkenal itu?” disertai suara decak kagum dari mulutnya
Sesaat kemudian tanpa di duga sang anak kecil itu menasehati balik kepada Imam Hanafi, “Hati-hati dengan gelar yang kakek sandang, jangan sampai akan membawa kakek masuk ke dalam api neraka.”
Imam Hanafi, mendengar ucapan anak kecil itu kaget dibuatnya.
Anak kecil itu berkata kembali, “setidaknya dengan sepatu kayu ini hamba hanya akan tergelincir jatuh pada saat di dunia saja.
Anak kecil itu melanjutkan ucapannya,
“Sedangkan bagaimana dengan gelar yang kakek sandang jikalau tidak hati-hati? tentu akan menjerumuskan kakek masuk ke dalam api neraka di akherat nanti,” Lalu sang anak kecil itu melanjutkan ucapannya seraya berkata, “manakala adanya gelar tersebut terbesit di dalam hati kesombongan dan keangkuhan.”
Seketika itu juga sang kakek bernama Hanafi, seorang imam besar itu menangis menitikkan air mata setelah mendengar nasehat hikmah kehidupan dari seorang anak kecil yang ia temuinya di pasar.
Saudaraku manusia hebat itu, bukanlah manusia yang memiliki sederet gelar keilmuan namun kering atau pelit berbagi dengan orang lain, dengan kesombongan ilmu dan gelar juga akan menjadi dirinya paling tahu dan paling benar serta menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya.
Melainkan manusia hebat itu adalah apabila dirinya dapat bermanfaat bagi orang lain, manakala ia berilmu maka ilmunya akan ia bagikan kepada orang lain, sehingga semakin bertambah ilmunya maka semakin tawadhu dengan ilmu dan gelarnya serta senantiasa berhati-hati dalam berucap.
Wallahu a’lam bishawab.
Semoga dapat memberikan inspirasi menemani istirahat anda.