TANGSELXPRESS – Kasus yang melibatkan seorang guru madrasah dan siswinya di Gorontalo, dengan video yang diduga menunjukkan hubungan intim di sekolah, telah viral di media sosial, dan memicu keprihatinan publik.
Video berdurasi lima menit tersebut memperlihatkan seorang pria dewasa yang diduga sebagai guru bersama seorang siswi berseragam sekolah di dalam ruangan yang kecil. Setelah video itu menyebar, siswi yang menjadi korban, Pasya Pratiwi Toiti, angkat bicara dan meminta agar dirinya tidak dinilai hanya berdasarkan rekaman tersebut.
Pasya, seorang siswi dari MAN 1 Gorontalo, menyampaikan kisah hidupnya yang penuh dengan kesedihan dan kesulitan, terutama setelah kehilangan kedua orang tuanya. Pasya mengungkapkan bahwa dirinya hidup sebagai yatim piatu dan berjuang untuk melanjutkan pendidikan demi mencapai cita-citanya sebagai sarjana. Ia bercerita tentang bagaimana ia mengalami pelecehan secara verbal dan fisik dari gurunya, tetapi awalnya tidak menyadari bahwa hal itu adalah pelecehan.
“Ini klarifikasi dari Pasya yang reel,” tulis @yurisainiyury dalam akun Instagramnya, dikutip Senin (30/9/2024).
“Saya seorang yatim piatu seperti yang saya sampaikan di video yang beredar dengan seorang TikToker saat wawancara saya,” kata Pasya dalam akun tersebut.
Pasya menjelaskan bahwa ia merasa bingung dan tidak tahu harus berbicara kepada siapa, karena ia tidak memiliki orang tua untuk mengadu, dan takut dicemooh jika berbicara kepada teman-temannya.
“Saya sangat ingin untuk mencapai sarjana dengan beasiswa yang saya dapat,” ujarnya.
Ketakutan terbesar Pasya adalah dikeluarkan dari sekolah, yang akan menghancurkan harapannya untuk melanjutkan pendidikan dan meraih beasiswa yang telah diusahakannya.
“Saat itu saya tidak terlalu menanggapi dengan serius. Namun, lama-kelamaan mulai menyentuh, seperti pundak, merangkul, dan lainnya,” kata Pasya.
“Tetapi semua itu ternyata penilaian saya salah, saat mulai dipeluk, disentuh bagian vital dan lain,” sambungnya.
Dalam klarifikasinya, Pasya meminta maaf jika pandangan warganet terhadap dirinya salah dan menegaskan bahwa hidupnya penuh dengan kesulitan yang tidak terlihat dari cuplikan video viral tersebut.
“Jika saya lapor saya tidak dipercaya oleh guru lain dan siapa pun karena saya tidak memiliki bukti apa pun, lalu saya dikeluarkan oleh sekolah,” ungkapnya.
“Walaupun saya sakit hati, kecewa, marah bercampur menjadi satu,” lanjutnya.
Ia berharap masyarakat tidak menilai dirinya hanya berdasarkan video berdurasi lima menit itu, melainkan melihatnya sebagai seseorang yang telah berjuang melalui banyak kesengsaraan selama bertahun-tahun.
“Banyak hari sampai bertahun yang saya lewati dengan sengsara,” tambahnya dengan perasaan sedih. Demikian dikutip dari beritasatu.com.