Oleh: Deni Nuryadin
Merasa benar dari apa yang telah dilakukannya tanpa ilmu dan norma agama adalah sebuah tindakan tidak bertanggungjawab terhadap diri sendiri terlebih terhadap orang lain dalam konteks ada pihak lain dirugikan.
Melakukan tindakan atau hasil dari suatu perbuatan seperti di atas adalah keliru, lalu bagaimana semestinya menurut Islam, Islam memandang kehidupan tidak selesai begitu saja di dunia, ada kehidupan selanjutnya yakni di akherat kelak dimana semua aktifitas selama hidup itu akan diminta pertangungjawaban nya dihadapan Allah.
Seluruh panca indera yang telah digunakan untuk melakukan sesuatu tersebut oleh Allah SWT akan diminta pertanggungjawabannya.
Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surah Al Isra ayat 36, “Janganlah mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati akan dimintai pertanggungjawabaannya”.
Begitu pula sebaliknya manakala panca indera ini digunakan untuk aktifitas amalan sholeh maka Allah SWT telah berjanji untuk memberikan ganjaran kebaikan di akherat kelak dari setiap tubuh kita.
Hal ini diperkuat oleh kisah di bawah ini; Nabi Muhammad bersabda, “Suatu hari Nabi Muhammad berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari. Ketika itu
Nabi Muhammad melihat tangan Sa’ad melepuh, kulitnya gosong kehitamhitaman seperti terpanggang matahari. “Kenapa tanganmu?,” tanya Nabi
kepada Sa’ad. “Wahai Rasulullah,” jawab Sa’ad, “Tanganku seperti ini karena
aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku”. Seketika itu Nabi mengambil tangan Sa’ad dan
menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh
api neraka”.
Jelas sudah bahwa Allah mendorong makhluknya (manusia) untuk berbuat baik di dunia sebagai bekal berupa pahala dari amal sholeh yang pernah diperbuatnya di dunia, karena Allah ingin manusia tidak dalam kondisi merugi pada saat pulang (wafat), melainkan selamat dan menerima kebahagian di akherat kelak dengan menempati syurga-Nya.
Pesan moral adalah marilah kita berlomba-lomba berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah. Karena apa yang telah kita perbuat sesungguhnya akan dikembalikan untuk kebaikanmu sendiri. Sebagaimana Allah berfirman di dalam surat Al Isra Ayat 7, artinya; “Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. …..”.
Dengan demikian jika niat baik itu sudah ada maka mustinya kita dapat segera lakukan. Karena jam kehidupan yang dimiilki dari setiap makhluk yang bernyawa memiliki keterbatasan waktu alias tidak ada satu orangpun yang mengetahui bahwa waktu kematian bagi dirinya kapan akan datang.
Sebagai contoh, apabila niat bersedekah itu sudah ada maka tidak harus menunggu datangnya kelonggaran rezeki atau menunggu kita menjadi orang kaya terlebih dahulu, barulah kita tunaikan.
Karena manusia yang berkedudukan mulia di sisi Allah adalah bukan milik orang kaya, bukan milik orang yang memiliki kedudukan atau jabatan tinggi, bukan pula manusia yang memiliki harta melimpah di dalam kehidupannya, melainkan mereka yang justru selama hidupnya senantiasa berbuat amal sholeh melalui hartanya, ilmunya, kedudukannya dan kekuasaannya sebagai perwujudan taqwa manusia kepada Allah dan sekaligus sebagai perwujudan dari khoirunnas anfauhum linnas “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Semoga bermanfaat