KETAHANAN pangan nasional merupakan isu krusial yang dihadapi oleh setiap negara, termasuk Indonesia. Ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi ketika semua orang di suatu negara memiliki akses fisik dan ekonomi yang memadai terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi dan hidup sehat sesuai dengan standar hidup yang dapat diterima.
Mencapai ketahanan pangan nasional bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif dari semua pihak, termasuk sektor swasta, masyarakat sipil, dan akademisi. Salah satu strategi penting untuk mencapai ketahanan pangan nasional adalah melalui pengembangan agribisnis yang berkelanjutan.
Koperasi dan kelompok tani memiliki peran penting dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Mereka dapat membantu petani dalam memasarkan hasil produksi dan mengupayakan pembukaan pasar baru bagi produk anggotanya.
Selain itu, koperasi dapat memberikan akses kepada anggotanya terhadap berbagai penggunaan faktor produksi dan jasa, sehingga petani dapat lebih mudah melakukan penyesuaian produksinya melalui pengolahan pasca panen.
Koperasi yang kuat mampu meningkatkan daya tawar petani di pasar, memberikan pelatihan, dan mendukung inovasi dalam praktik pertanian. Dengan demikian, koperasi dan kelompok tani menjadi ujung tombak dalam memperkuat sektor agribisnis.
Namun, tantangan ketahanan pangan nasional di Indonesia berkelanjutan tidak hanya berupa permasalahan ekonomi, tetapi juga sosial, politik, dan lingkungan.
Dari sisi penawaran, persaingan pemanfaatan sumber daya alam, dampak perubahan iklim global, dan dominasi usahatani skala kecil menjadi beberapa tantangan yang harus dihadapi.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan penduduk yang tinggi beserta dinamika karakteristik demografisnya, perubahan selera konsumen, dan persaingan permintaan komoditas pangan untuk konsumsi manusia, pakan, dan bahan baku energi juga menjadi tantangan yang signifikan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, agribisnis yang berkelanjutan harus menjadi fokus utama. Strategi pemanfaatan pangan yang berkelanjutan meliputi tiga aspek utama.
Pertama, mempromosikan diversifikasi konsumsi pangan berdasarkan potensi sumber daya pangan lokal, keragaman makanan daerah, dan kearifan lokal. Diversifikasi ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada beberapa jenis pangan utama, tetapi juga memperkaya gizi masyarakat.
Kedua, memperbaiki status gizi masyarakat melalui pengayaan atau fortifikasi pada pangan yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat. Ini penting untuk mengatasi masalah kekurangan gizi mikro yang sering terjadi di masyarakat.
Ketiga, mengupayakan agar tercipta kemampuan untuk menjamin pangan yang diedarkan atau diperdagangkan kepada masyarakat memiliki karakteristik aman, higienis, berkualitas, bergizi, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat.
Dalam era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada tantangan yang lebih kompleks dalam mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorialnya. Perkembangan globalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam kehidupan manusia, seperti kemajuan telepon genggam, internet, dan teknologi informasi lainnya.
Arus informasi yang sangat cepat memungkinkan setiap orang untuk memperoleh informasi dengan sangat mudah, termasuk informasi sensitif yang seharusnya tidak diungkapkan. Oleh karena itu, negara perlu memiliki sistem keamanan yang kuat untuk melindungi informasi rahasia dan infrastruktur vital.
Perdagangan internasional juga mempengaruhi ketahanan nasional Indonesia dengan membuka peluang untuk mengembangkan ekonomi melalui pasar yang lebih luas dan investasi asing, namun juga membawa tantangan persaingan yang ketat di pasar global.
Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara lain dalam menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas dan kompetitif. Selain tantangan eksternal, Indonesia juga harus mengatasi masalah internal seperti ketimpangan ekonomi, korupsi, terorisme, dan separatisme yang mengancam stabilitas politik dan keamanan nasional.
Ketimpangan ekonomi dapat menimbulkan kecemburuan sosial dan ketidakpuasan di kalangan masyarakat, sementara korupsi dan ancaman terorisme serta separatisme menggerogoti fondasi negara dan mengurangi kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Untuk menghadapi tantangan ini, Indonesia perlu memperkuat pertahanan dan keamanan nasional, meningkatkan kerjasama internasional, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan sosialisasi nilai-nilai nasional yang memperkuat identitas dan kebersamaan bangsa.
Agribisnis berkelanjutan merupakan sistem yang menghubungkan seluruh kegiatan dalam rantai nilai pertanian, mulai dari pra-panen, panen, pasca panen, pengolahan, pemasaran, hingga distribusi, dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Agribisnis berkelanjutan menawarkan beberapa solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Meningkatkan produktivitas pertanian merupakan salah satu solusinya. Agribisnis berkelanjutan mendorong penggunaan teknologi dan praktik pertanian yang efisien, seperti irigasi hemat air, pupuk organik, dan pengendalian hama terpadu. Hal ini dapat meningkatkan hasil panen dan ketahanan terhadap perubahan iklim.
Memperkuat rantai pasokan pangan juga menjadi solusi lainnya. Agribisnis berkelanjutan membangun infrastruktur yang memadai dan sistem logistik yang efisien untuk mengantarkan produk pertanian dari petani ke konsumen dengan lebih cepat dan murah. Hal ini dapat membantu mengurangi kehilangan pasca panen dan memastikan ketersediaan pangan yang stabil.
Meningkatkan pendapatan petani adalah solusi penting lainnya. Agribisnis berkelanjutan memberikan akses yang lebih baik bagi petani terhadap pasar dan informasi harga. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan petani dan mendorong mereka untuk meningkatkan produksi.
Selain itu, agribisnis berkelanjutan juga menciptakan lapangan kerja di berbagai sektor, seperti pertanian, pengolahan, pemasaran, dan distribusi. Hal ini dapat membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menjaga kelestarian lingkungan adalah aspek penting lainnya. Agribisnis berkelanjutan mempromosikan praktik pertanian yang ramah lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik dan pengurangan penggunaan pestisida. Hal ini dapat membantu menjaga kelestarian sumber daya alam dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Meskipun agribisnis berkelanjutan menawarkan banyak manfaat, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk mengimplementasikannya secara efektif di Indonesia. Beberapa tantangan tersebut antara lain kurangnya akses terhadap modal dan teknologi bagi petani.
Banyak petani kecil di Indonesia yang masih kesulitan mendapatkan akses terhadap modal dan teknologi modern. Hal ini dapat menghambat mereka untuk menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan. Infrastruktur yang tidak memadai juga menjadi tantangan besar. Infrastruktur yang tidak memadai, seperti jalan, jembatan, dan gudang penyimpanan, dapat menyebabkan kehilangan pasca panen yang tinggi dan meningkatkan biaya logistik.
Kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan juga menjadi masalah. Kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan, seperti pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil, dapat menghambat pengembangan agribisnis yang berkelanjutan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan upaya bersama dari semua pihak. Pemerintah perlu memberikan dukungan kebijakan dan insentif bagi petani untuk menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan.
Sektor swasta perlu berinvestasi dalam infrastruktur dan teknologi pertanian. Masyarakat sipil perlu terlibat dalam edukasi dan pendampingan petani. Dengan adanya dukungan kebijakan yang tepat, investasi dari sektor swasta, serta partisipasi aktif masyarakat sipil, agribisnis berkelanjutan dapat diimplementasikan dengan lebih efektif.
Selain itu, diperlukan juga peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan dan penyuluhan agar mereka dapat mengadopsi teknologi dan praktik pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Dapat disimpulkan, ketahanan pangan nasional adalah isu krusial yang membutuhkan partisipasi aktif semua pihak. Agribisnis yang berkelanjutan menawarkan solusi tepat untuk meningkatkan ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas, penguatan rantai pasokan, peningkatan pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja, dan pelestarian lingkungan.
Meskipun agribisnis berkelanjutan memiliki banyak manfaat, beberapa tantangan perlu diatasi, seperti akses modal dan teknologi yang terbatas bagi petani, infrastruktur yang tidak memadai, dan kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan. Upaya bersama dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil diperlukan untuk mengatasi tantangan ini.
Pemerintah perlu memberikan dukungan kebijakan dan insentif, sektor swasta perlu berinvestasi, dan masyarakat sipil perlu terlibat dalam edukasi dan pendampingan petani. Dengan komitmen dan kerjasama yang kuat, agribisnis berkelanjutan dapat menjadi kunci untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan dan memastikan ketersediaan pangan yang cukup, aman, dan bergizi bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mari bersama-sama membangun ketahanan pangan nasional melalui agribisnis yang berkelanjutan, demi masa depan yang lebih baik dan sejahtera bagi seluruh bangsa. Upaya ini tidak hanya akan meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga akan memperkuat ekonomi nasional dan menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang.
Penulis:
Mochamad Riri Khadafi
NIM 11230920000052
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis
UIN Jakarta
Tulisan ini dibuat dalam rangka tugas kuliah.