TANGSELXPRESS – Industri kopi Indonesia terus tumbuh pesat. Para produsen kopi di berbagai daerah juga terus meningkatkan kualitas biji kopi pilihan, termasuk biji kopi luwak produk Kintamani di Pulau Dewata, Bali.
Di tangan petani Kopi Luwak Kintamani, kopi bukan hanya sebatas rasa dan aroma yang mengugah selera. Para petani memadukan komoditas pertanian ini dengan nilai-nilai kearifan lokal, sehingga menciptakan rasa kopi berkualitas yang menjadi salah satu kopi andalan di Pulau Dewata Bali.
Sesuai dengan namanya, Kopi Kintamani dibudidayakan di kawasan perbukitan Kintamani dan juga sepanjang jalur wisata yang membentang antara Tampaksiring hingga Singaraja.
Menurut data yang dihimpun Tangselxpress, lahan perkebunan kopi yang ada di daerah ini mencapai 15 ribu hektar.
Kawasan Kintamani memang terkenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Bali. Ketika Gunung Batur meletus pada septermber 1963 hingga 1964, sebagian besar perkebunan kopi rusak total karena sangat bedekatan dengan perbukitan Kintamani.
Namun sebagai gantinya, tanah serta abu vulkanik yang terbawa dari letusan Gunung Batur justru membantu menyuburkan tanah perkebunan di tahun-tahun berikutnya. Banyak yang berpendapat bahwa cita rasa manis (fruity) dan aroma kecokelatan pada kopi Kintamani karena ditanam di atas tanah vulkanik.
Menurut William Edison, Founder One Bean Coffee Bali, karakter rasa Kopi Kintamani jauh lebih khas cita rasa dan dapat berubah-ubah. Salah satu faktor penyebabnya adalah cuaca.
“Menurut saya, tahun ini karakter rasa Kopi Kintamani cenderung mirip kedondong, ada rasa ‘sepet-sepet’ dan manis yang cukup kuat. Kalau tahun lalu rasanya agak mirip buah-buahan tropikal seperti nanas,” salah satu karyawan tempat produksi kopi Kintamani, saat tim Tangselxpress berkunjung ke lokasi.