TANGSELXPRESS – Serupa tapi tak sama, begitulah istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi penyakit GERD dan maag. Pada kebanyakan orang, seringkali GERD dan maag dianggap penyakit yang sama karena kemiripan gejala dan sama-sama menyerang organ lambung yang mengganggu pencernaan. Namun, perbedaan maag dan GERD ternyata cukup signifikan.
Perlu dipahami bahwa maag merupakan kondisi yang menandakan adanya masalah di lambung, sedangkan GERD adalah bentuk kondisi yang lebih serius. Untuk memahami secara lebih lanjut, simak penjelasan berikut ini tentang perbedaan GERD dan maag untuk dapat memberikan penanganan yang tepat apabila kondisi tersebut terjadi pada Anda atau anggota keluarga.
GERD atau gastroesophageal reflux disease adalah kondisi ketika asam lambung naik dari perut menuju kerongkongan (refluks asam). Adapun penyebab GERD ialah melemahnya katup di bagian bawah kerongkongan. Menurut American College of Gastroenterology, GERD adalah refluks asam yang terjadi dua kali atau lebih dalam seminggu. Orang dengan maag mungkin saja dapat mengalami GERD.
Gejalanya sama dengan maag, yakni rasa terbakar di dada dan seperti ada makanan yang tersangkut di tenggorokan. Anda juga mungkin mengalami batuk kering serta kesulitan menelan. Diagnosis kondisi ini dapat dilakukan oleh dokter atau ahli gastroenterologi dengan mengevaluasi frekuensi dan tingkat keparahan gejalanya.
Sedangkan maag yang juga dikenal dengan istilah dispepsia merupakan gangguan di organ lambung yang ditandai dengan rasa nyeri atau terbakar di ulu hati, rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan, dan rasa cepat kenyang. Kondisi ini cukup umum dialami oleh kebanyakan orang. Menurut National Institutes of Health, lebih dari 60 juta orang di Amerika Serikat mengalami sakit maag setidaknya sebulan sekali.
Maag atau dispepsia dibagi menjadi dua, yaitu dispepsia fungsional dan dispepsia organik (struktural). Dispepsia fungsional merupakan suatu sindroma atau sekumpulan gejala nyeri setelah makan yang dirasakan di ulu hati dimana pada pemeriksaan endoskopi tidak ditemukan perubahan struktur atau kerusakan mukosa lambung.
Sementara itu, pada dispepsia organik gejala yang timbul disertai dengan ditemukannya perubahan struktur gaster. Kelainan pada struktur gaster ini terbagi tiga, yakni:
Peptic ulcer disease atau tukak peptik (ulkus gaster atau ulkus duodenum), yaitu robeknya permukaan mukosa lambung, biasanya disebabkan karena penggunaan NSAID, obat-obatan steroid dan karena infeksi bakteri H.pylori.
Common gastritis, yaitu kondisi dimana lapisan pelindung yang ada di lambung mengalami peradangan, biasanya karena gangguan pola makan.
Carcinoma gaster, yaitu keganasan yang timbul di lambung dan biasanya ditandai dengan gejala adanya penurunan berat badan yang progresif, tanda anemia, dan adanya massa di perut.
Berdasarkan lokasinya, ulkus peptik atau luka peptik dibedakan lagi menjadi 2, yaitu ulkus gaster dan ulkus duodenum. Adapun ulkus gaster ditandai dengan:
- Nyeri 1-2 jam setelah makan
- Nyeri dipicu makanan
- Sering muntah
- Manifestasi perdarahan, misalnya sering disertai muntah darah dan BAB hitam
Sementara gejala ulkus duodenum antara lain:
- Nyeri muncul 2-4 jam setelah makan
- Makan meredakan nyeri
- Manifestasi perdarahan, seperti sering disertai BAB hitam dan jarang muntah darah
Perbedaan GERD dan Maag
Setelah memahami pengertian GERD dan maag, selanjutnya Anda perlu mengetahui perbedaannya. Adapun beberapa faktor yang menjadi perbedaan GERD dan maag adalah sebagai berikut:
1. Dari segi penyebab
Perbedaan GERD dan maag yang pertama bisa dilihat dari penyebabnya. Meski sama-sama disebabkan oleh kenaikan asam lambung, namun area yang terdampak untuk memicu gejalanya berbeda.
GERD disebabkan oleh paparan asam lambung yang berulang-ulang ke esofagus atau kerongkongan yang mengakibatkan erosi pada mukosa esofagus. Hal ini juga disebabkan oleh melemahnya katup esofagus, sehingga asam lambung yang seharusnya tidak bisa ke atas jadi bisa naik melewati katup esofagus dan mengiritasi dinding esofagus. Sedangkan pada maag, yang teriritasi hanyalah dinding lambung.
2. Dari segi gejala
Jika dilihat dari segi gejalanya, sakit maag ditandai dengan perasaan tidak nyaman yang hilang timbul di area perut bagian atas.
Kondisi lain yang paling sering terjadi pada sakit maag yaitu:
- Perut kembung di bagian atas
- Perut terasa penuh saat makan, padahal makanan belum habis
- Nyeri pada ulu hati
- Buang angin dan bersendawa
- Mual
- Muntah
Beda halnya dengan maag, gejala GERD bisa dikatakan lebih berat. Gejala tersebut yaitu refluks asam lambung ditandai dengan sensasi terbakar pada dada atau heartburn dan terjadi dua kali atau lebih dalam seminggu. Sensasi ini dapat menimbulkan gejala antara lain:
Regurgitasi, yaitu makanan atau asam lambung naik ke kerongkongan
- Dada terasa nyeri
- Kesulitan menelan
- Kerongkongan terasa mengganjal
- Dada terasa terbakar setelah makan dan bisa memburuk di malam hari
Tak hanya gejala yang berkaitan dengan sistem pencernaan, penderita GERD juga mungkin akan mengalami beberapa hal di bawah ini:
- Batuk kronis
- Tidur terganggu
- Radang tenggorokan
- Sesak napas seperti asma
Jika tidak segera diobati, gejala GERD bisa berkembang dan memicu terjadinya sesak napas atau rasa sakit di sekitar rahang. Gejala tersebut mirip dengan gejala serangan jantung, oleh karena itu bila Anda mengalaminya, segera periksakan diri ke dokter guna mendapat penanganan lebih lanjut.
3. Dari segi anatomi
Perbedaan GERD dan maag berikutnya juga dapat dicermati dari anatominya. Seperti penjelasan sebelumnya, GERD terjadi akibat terganggunya fungsi suatu otot di kerongkongan yang disebut sfingter esofagus.
Sfingter esofagus memungkinkan makanan yang masuk tertahan di dalam lambung. Jika sfingter atau katup ini mengalami iritasi, maka bisa rusak atau melemah dan mengakibatkan cairan pencernaan serta isi perut naik kembali ke kerongkongan.
Sementara itu, maag berkaitan dengan iritasi pada dinding lambung. Namun, pada dispepsia fungsional tidak ada kelainan struktur atau tidak ditemukannya kerusakan mukosa lambung sehingga sering menyebabkan overlapping dengan GERD.
4. Dari segi pengobatan
Perbedaan berikutnya dari GERD dan maag adalah pada cara mengatasinya. Pada maag atau gastritis, pengobatan yang diberikan disesuaikan dengan penyebabnya. Sementara pada GERD lebih fokus dalam meningkatkan fungsi sfingter esofagus atau katup bagian bawah kerongkongan.
Pengobatan untuk sakit maag antara lain:
Terapi up regulation, yaitu lini 1 menggunakan antasida 3×1. Jika lini 1 tidak berhasil, maka dikombinasi dengan cimetidine atau ranitidine.
Terapi untuk ulkus peptik menggunakan metode down regulation, yaitu lini 1 diberikan golongan PPI seperti lansoprazole, omeprazole, dan esomeprazole
Apabila ditemukan infeksi H. pylori pada lambung, maka dapat diberikan terapi eradikasi dengan antibiotik seperti klaritromisin, amoxicillin, dan bisa juga ditambahkan metronidazole.
Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti antiinflamasi atau non-steroid apabila penyebabnya adalah konsumsi obat tersebut
Sementara pengobatan untuk penyakit GERD meliputi:
Terapi menggunakan penghambat pompa proton (PPI) selama 8 minggu untuk mengurangi produksi asam lambung.
Antasida, sebagai penetral terhadap asam klorida sehingga memperkuat tekanan katup bagian kerongkongan bawah (tidak boleh diberikan bersamaan dengan PPI, sebaiknya diberi jeda 2 jam)
Obat-obatan prokinetik
Operasi (fundoplikasi dan LINX)
Perubahan gaya hidup, seperti berhenti merokok, mengurangi berat badan, menghentikan konsumsi alkohol, kopi, tidak makan sebelum tidur, juga tidur dengan kepala yang sedikit ditinggikan
Cara Mencegah GERD dan Maag
GERD maupun maag merupakan kondisi yang sama-sama bisa dicegah. Cara paling mudahnya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu, Anda juga dapat melakukan hal-hal di bawah ini:
- Makan dengan tertib, tidak terlambat
- Menghindari makan dalam porsi besar
- Tidak terburu-buru saat makan
- Menghindari berbaring setelah makan
- Menjaga berat badan agar tetap stabil
- Menghindari kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol
- Menghindari makanan yang bisa mengiritasi perut, seperti makanan berlemak, pedas, asam, atau obat anti inflamasi non steroid (OAINS) seperti aspirin dan ibuprofen