TANGSELXPRESS – Langkah tak terpuji dilakukan sejumlah oknum di Kota Bekasi. Videotron capres nomor urut 1 Anies Baswedan diturunkan paksa. Sontak, penurunan ini memaksa Tim Nasional Anies-Muhaimin (AMIN) berencana mengambil langkah hukum.
Kapten Timnas AMIN, Marsekal Madya TNI Purnawirawan Muhammad Syaugi dalam keterangan persnya mengatakan, pelaporan pada pelanggaran juga merupakan proses berdemokrasi.
“Jadi itu nanti tinggal tim hukum kita yang akan melaporkan kepada KPU atau Bawaslu dengan kejadian-kejadian tersebut,” ujar Syaugi.
Syaugi mengatakan bahwa hal yang lebih penting bagaimana masyarakat dapat menilai situasi tersebut.
“Makanya kami berharap masyarakat juga mengawasi potensi-potensi ketidakbenaran, ketidakadilan, itu masyarakat agar mengawasi sehingga kita sama-sama bisa nantinya melaksanakan pemilu dengan jujur, adil, sehingga dicapai kedamaian dan riang gembira,” ujar dia.
Sementara itu, Presidium Perhimpunan Aktivis 98 menilai penurunan paksa videotron Anies Baswedan di Kota Bekasi menjadi bagian dari upaya penjegalan yang telah dilakukan sejak lama.
“Pencekalan videotron Anies adalah upaya menjegal. Itu telah dilakukan untuk kesekian kalinya. Jadi aksi itu merupakan rangkaian penjegalan Anies menuju kursi RI 1,” kata Presidium Perhimpunan Aktivis 98, Agung Nugroho dalam keterangannya.
Ia menyebutkan bahwa upaya penjegalan Anies menuju kursi presiden RI sudah dilakukan sejak masih menjabat sebagai Gubernur DKI.
“Semua peristiwa penjegalan kepada Anies adalah satu rangkaian dan dilakukan oleh kekuatan besar yang takut terhadap antusias massa dalam menyambut Anies sebagai pemimpin masa depan,” kata Agung.
Menurut dia, rangkaian peristiwa penjegalan Anies dimulai dari pelarangan Anies oleh paspampres saat menyambut Persija yang menjadi juara, penjegalan pelaksanaan E1, pelarangan Anies mengambil langkah dalam pengendalian COVID-19 di DKI, pelarangan tempat acara sosialisasi dan kampanye, sampai ancaman kepada pihak-pihak yang ingin membantu Anies dalam kampanye Pilpres.
Agung menilai, rangkaian peristiwa menjegal Anies adalah cara-cara yang tidak demokratis dan kuat tendensi penggunaan pengaruh kekuasaan.
“Cara-cara tidak demokratis semakin telanjang mata dan ini bukti ada yang panik dalam melihat besarnya gelombang rakyat yang mendambakan perubahan,” kata Agung.