TANGSELXPRESS– Musim hujan identik dengan peningkatan jumlah kasus beberapa penyakit, salah satunya Leptospirosis. Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. patogenik, dimana tikus merupakan hewan penular utama.
Bakteri Leptospira sp. menyebar ke lingkungan melalui urin hewan yang terinfeksi seperti tikus, kucing, anjing, ataupun hewan ternak seperti sapi, kambing, babi dan kuda.
Bakteri ini akan tumbuh optimum pada suhu 28 – 30° Celcius dengan pH 7 -8. Leptospira bahkan mampu hidup hingga beberapa bulan di tanah lembab atau basah dengan pH netral atau sedikit basa. Sebaliknya, pada lingkungan dengan air payau atau salinitas tinggi, Leptospira sp.patogen hanya akan bertahan dalam hitungan jam.
Leptospira masuk ke dalam tubuh ketika melalui luka terbuka, selaput lendir, atau ketika minum air atau makanan yang terkontaminasi. Gejala klinis awal leptospirosis sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Gejala Leptospirosis dan Masa Inkubasi
Gejala klinis:
demam ≥ 38⁰ C, sakit kepala, badan lemah, nyeri betis hingga kesulitan berjalan, conjungtival suffusion (kemerahan pada selaput putih mata), kekuningan (ikterik) pada mata dan kulit, pembesaran hati dan limpa, dan ada tanda-tanda kerusakan pada ginjal. Masa inkubasi antara 2-30 hari, rata-rata berlangsung 7-10 hari.
Daerah Sebaran Leptospirosis di Indonesia
Beberapa wilayah di Indonesia merupakan daerah endemis leptospirosis, Provinsi berikut pernah melaporkan kasus leptospirosis yaitu:
Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Maluku, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kepulauan Riau dan Bali.
Beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk mengurangi paparan bakteri leptospira saat musim penghujan antara lain:
1. Penggunaan alat pelindung diri saat berinteraksi dengan air banjir, genangan air atau lingkungan becek. Kita dapat memakai sepatu karet, sarung tangan, dan pakaian yang menutupi kulit untuk membatasi kontak langsung dengan lingkungan kotor.
2. Menghindari bersentuhan langsung dengan lingkungan kotor dengan menghindari berjalan di genangan air atau wilayah banjir.
3. Menggunakan air bersih untuk keperluan rumah tangga seperti mandi dan mencuci.
4. Membiasakan membersihkan anggota tubuh dengan air sabun setelah kontak dengan air banjir, genangan air kotor dan sebelum menyentuh wajah atau makanan.
Namun jika telah menderita demam, disertai sakit kepala, nyeri betis dan/atau gejala lainnya setelah terpapar faktor risiko leptospirosis dapat segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh penanganan yang tepat.(Sumber: Kemenkes)