TANGSELXPRESS – Enggar, sebut saja begitu, baru saja mendapatkan pengalaman mistis. Dia baru saja bertemu dengan mantan kekasihnya saat di SMA dulu, namanya Ajeng. Padahal, Ajeng telah berpulang 10 tahun lalu karena sakit.
“Aku sungguh tidak mengerti dengan semua ini,” kata Enggar membuka percakapan dengan tim mistis Tangselxpress.com.
Cerita itu bermula saat Enggar menghabiskan waktu libur akhir tahun di kota asalnya di Jawa Tengah.
“Saat itu, aku memilih menginap di vila yang berada di luar kota, di sebuah desa. Sengaja aku menginap di sana karena ingin menyendiri,” kata Enggar.
Di tempat wisata itu, Enggar memilih kamar yang paling ujung. Dekat dengan sungai dan sawah. Harapannya, dia bisa kembali fresh setelah menginap beberapa malam di tempat itu.
Dua malam pertama Enggar tak menemui kejadian aneh. Semuanya berjalan aman tanpa insiden berarti.
Hingga akhirnya pada Kamis malam Jumat Kliwon. Enggar mengalami kejadian mistis.
Saat itu, jam menunjukkan pukul 22.10 WIB. Waktu yang belum terlalu malam. Perut pria tampan itu terasa perih tanda harus diisi.
“Bakmi Jogja dan teh tubruk sepertinya nikmat nih,” batin Enggar.
Dia pun memesan makanan yang dia inginkan lewat telepon kamarnya. “Baik pak, segera kami persiapkan,” jawab wanita di ujung telepon.
“Sepertinya aku mengenal suara wanita ini,” batin Enggar.
Belum hilang rasa penasaran Enggar, pintu kamarnya diketuk dengan suara lirih. Tok….tok….
Enggar bergegas membukakan pintu.
Saat pintu terbuka, Enggar hanya bisa melongo saat melihat wanita yang mengantar makanan untuknya.
“Bapak pesan mie Jogja dan teh tubruk?,” tanya wanita di depannya.
Enggar hanya terpana melihat kecantikan wanita itu. Wanita yang pernah mengisi hatinya beberapa tahun lalu.
“Dik Ajeng?,” tanya Enggar gemetar.
“Mas Enggar?,” jawab wanita itu.
Engar pun mempersilakan Ajeng masuk kamarnya untuk meletakkan makanan pesanannya.
“Dik Ajeng kemana aja?,” tanya Enggar.
“Saya gak kemana mana mas, di sini saja,” kata Ajeng.
Percakapan Enggar dan Ajeng tak berlangsung lama. Karena Ajeng harus menjalankan tugasnya kembali.
“Mas main ke rumahku. Rumahku masih yang dulu,” kata Ajeng sambil beranjak pergi.
Esok harinya, Enggar segera berkemas untuk pergi ke rumah Ajeng. Setahu dia, rumah Ajeng hanya berjarak 8 kilometer dari vila tersebut.
“Assalamuallaikum,” kata Enggar saat tiba di rumah Ajeng.
Rumah itu kembali membangkitkan memorinya terhadap Ajeng. Semasa masih pacaran, Enggar sering datang ke rumah itu.
“Waallaikumsalam,” jawab seorang wanita paruh baya dari dalam rumah.
Itu suara Bu Narti, ibunda Ajeng.
“Ini Nak Enggar?,” tanya Bu Narti setengah tak percaya.
“Iya bu, saya Enggar,” jawab pria yang saat ini bekerja di sebuah perusahaan pembiayaan itu.
“Ya Allah nak, akhirnya kita bertemu lagi,” jawab Bu Narti.
Singkat cerita, saat itu Enggar menceritakan pertemuannya dengan Ajeng di vila.
Mendengar cerita Enggar, Bu Narti seketika menangis histeris. Tangis wanita itu tak terbendung, dia meraung dan berulang kali menyebut nama Ajeng.
Enggar pun bingung.
“Ada apa bu dengan Ajeng?,” tanya Enggar.
Dengan suara terputus putus, Bu Narti mengatakan bahwa sebenarnya Ajeng telah meninggal 10 tahun lalu.
Ajeng disebutnya meninggal karena sakit. Sebelum meninggal, Ajeng adalah karyawan di vila yang saat ini Enggar tempati.
“Setelah Nak Enggar pergi ke Jakarta, Ajeng sering mengeluh dadanya sesak dan batuk-batuk,” cerita Bu Narti.
Mendengar cerita Bu Narti, tubuh Enggar pun terasa lemas. Dia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia bingung, bagaimana bisa Ajeng menemuinya di vila malam itu. “Siapakah wanita itu,” batin Enggar berkecamuk.
“Bu bisa antarkan saya ke makam dik Ajeng? Saya ingin mendoakannya,” kata Enggar.
Sesampainya di pemakanan desa, hati Enggar terasa hancur saat membaca tulisan di batu nisan di depannya.
Nur Ajeng Fitriana
Lahir: 12 Januari 1990
Wafat: 30 Agustus 2012
“Dik Ajeng, semoga kamu tenang di sana, doaku selalu menyertaimu,” kata Enggar dalam doanya.(*)