TANGSELXPRESS- Belajar di luar negeri, sebagai mahasiswa beasiswa, bisa memberikan kesempatan luas untuk mempelajari berbagai hal melalui perspektif budaya di negeri tujuan. Selama masa belajar, mahasiswa juga berkesempatan menjalin relasi dan interaksi dengan teman-teman dari berbagai negara.
Untuk mewujudkan itu, bukan perkara mudah namun tidak juga bukannya tidak mungkin. Perlu niat dan kerja keras. Dr. Phil., Ir. Rino Wicaksono, ST, MArchUD, MURP, seorang akademisi yang juga pakar pembangunan wilayah berbagi pengalamannya mendapatkan beasiswa S2 dan S3 di luar negeri.
Dosen di Institut Teknologi Indonesia (ITI) Kota Tangerang Selatan itu lulus pendidikan S2 dengan meraih gelar Master of Architecture in Urban Design (MArchUD) dan Master of Urban and Regional Planning (MURP), dari University of Colorado at Denver (UCD), Amerika Serikat. Untuk pendidikan S3, Rino meraih gelar Doctor of Philosophy (Dr. Phil./ PhD) in Urban and Regional Planning, dari University of South Australia (UniSA), Australia.
Menurutnya, ada empat hal penting yang harus dipenuhi untuk mendapatkan beasiswa S2 dan S3 di luar negeri. Pertama adalah letter of purpose yang jelas dalam hal tujuan dan kemanfaatan dalam bidang ilmu yang akan dipelajari, kedua adalah letter of references yang sangat mendukung dari para pihak yang pernah bekerja sebagai dosen, atasan, ataupun mitra strategis, ketiga adalah Bahasa Inggris (minimal IELTS 7,5 dan untuk TOEFL 20 poin di atas passing grade), keempat adalah IPK minimal 3,3 untuk S1 dan 3,5 untuk S2.
Dalam artikel kali ini, politisi dari Partai Nasdem ini membahas strategi kedua yaitu letter of references atau surat referensi.
“Salah satu persyaratan yang dituntut untuk mendapatkan beasiswa pendidikan di luar negeri adalah letter of references atau surat referensi. Surat ini diberikan oleh orang yang pernah bekerja dengan Anda sebagai atasan Anda atau sebagai dosen anda atau mitra kerja yang mempunyai posisi strategis dalam tim kerja. Letter of references ini harus sangat kuat. Isinya tidak boleh hanya sekadar rekomndasi baik atau sangat baik, tapi harus excellence,” papar pria yang juga caleg DPR RI dari Partai Nasdem dari dapil Banten III Tangerang Raya (Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang).
Menurutnya, surat referensi harus bisa meyakinkan pihak yang akan memberikan beasiswa dan memastikan si penerima beasiswa akan sukses.
“Jadi orang yang memberikan surat referensi ini harus meyakinkan pihak yang akan memberikan beasiswa bahwa Anda itu pantas mendapatkan beasiswa dan Anda dipastikan akan sukses, berhasil menyelesaikan studi apabila Anda diberi kesempatan,” jelasnya.
Pria yang tergabung dalam Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ikatan Ahli Perencana (IAP) dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) ini menambahkan, dalam menyiapkan Letter of References biasanya diminta dua surat dari dua orang berbeda. Tetapi akan lebih baik jika menyiapkannya lebih dari dua.
Berdasarkan pengalamannya, Rino mengaku menyiapkan 25 surat rerefensi saat akan mengambil beasiswa S3.
“Pengalaman saya dulu waktu mau ambil S3, saya diminta dua Letter of References tapi saya menyiapkan 25 surat referensi. Saya mendapatkannya dari para pimpinan dimana saya mengajar dan juga dari para dosen dari UCD USA tempat dulu saya menempuh S2. Mudah-mudahan Anda bisa mendapatkan surat itu dan bisa lolos seleksi program beasiswa luar negeri. Selamat menyiapkan,” tutup pria yang pernah menerima Penghargaan Pengabdian Menjadi Dosen Selama 30 Tahun dari Rektor Institut Teknologi Indonesia.