TANGSELXPRESS- Kisah horor ini dialami perempuan, sebut saja dia Nida, yang tengah hamil tujuh bulan ketika pindah ke sebuah rumah tua di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.
Semula, Nida menolak pindah ke rumah tersebut, namun sang suami memaksa dengan alasan rumah tersebut tak jauh dari kantor barunya.
Rumah bercat putih gading itu terlihat cukup mewah. Bangungan dua lantai dengan area ruang tamu yang lumayan luas. Namun sayangnya, kurang terawat dengan rapi. Pekarangan ditumbuhi rumput liar yang cukup tinggi. Beberapa kusen juga tampak rapuh. Tak heran, si penjual menjual rumah tersebut dengan harga murah.
“Harga ini jauh dari harga rumah lainnya di sekitar sini loh mas,” ucap wanita berjilbab yang menjadi agen marketing rumah tersebut.
“Kenapa nggak terawat begini ya bu?” tanya Hilman, suami Nida ketika pertama kali mengunjungi rumah tersebut.
“Saya kurang tahu pak. Kabarnya sih pemiliknya sudah tidak di Indonesia lagi,” jawab si agen marketing tersebut.
Hilman tergiur dengan harga murah. Dia tak peduli dengan kondisi rumah yang berantakan bahkan terkesan angker.
Dan hari itu, hari Sabtu pagi, Nida dan Hilman yang baru menikah 1 tahun mulai menempati rumah tua tersebut. Kondisi rumah sudah jauh lebih rapi dari sebelumnya. Rumput di pekarangan sudah dirapikan. Debu-debu pun sudah tak ada lagi. Untuk membersihkannya, Hilman sampai menggunakan jasa kebersihan rumah.
“Sudah beres semua ya pak, bu. Hanya saja tadi saya sempat mendengar suara aneh dari dalam kamar,” ucap si ibu, satu-satunya perempuan dalam tim jasa kebersihan tersebut.
“Suara gimana bu,” tanya Nida keheranan.
“Sudah ah, jangan berhalusinasi yang nggak-nggak. Aman ini, apalagi sudah bersih begini kan,” timpal Hilman mengacuhkan rasa penasarannya Nida.
Nida terdiam saja. Dia segera bergegas masuk ke dalam kamar tidurnya. Kamar itu cukup luas, dengan kamar mandi di dalamnya. Ada bathub yang meski sudah usang tapi masih bisa terpakai.
Tak ada kejadian aneh di sepanjang hari itu, hingga malam tiba. Nida yang tengah hamil tua, sering merasa haus di tengah malam. Nida pun keluar kamar menuju dapur untuk mengambil minum.
Jarak kamar Nida ke dapur harus melewati ruang tengah yang cukup luas. Lampu di ruang tengah tampak temaram. Sekilas, Nida melihat sekelebat bayangan putih melintas di ruang tengah. Nida bergegas kembali ke kamarnya dan membangunkan Hilman.
“Mas, mas bangun mas. Aku takut nih. Ada yang aneh di ruang tengah,” ujar Nida sambil menggerak-gerakkan badan Hilman yang tengah tertidur dengan posisi miring ke kanan.
“Ada apa sih? Itu hanya pandangan kamu aja. Udah ah nggak usah takut,” Hilman menjawab singkat lalu kembali tidur.
Nida kesal dengan kelakuan Hilman yang cuek saja. Dia yakin ada sesuatu yang janggal di rumah itu.
Hari kedua, Nida kembali mendapat teror bayangan putih. Kali ini, bayangan itu muncul di dalam kamarnya. Dan tak hanya sekilas lewat. Bayangan putih itu berdiri di depan kamar mandi di dalam kamar tidur Nida.
Nida menjerit ketakutan. Hilman yang pulas tidur sampai terbangun.
“Ada apa sayang? Kamu lihat yang aneh-aneh lagi? Itu bawaan ibu hamil kali sayang. Udah ah nggak usah dipercaya yang begituan,” kata Hilman sambil mengarahkan tangannya mengajak Nida kembali tidur.
Teror terus terjadi hingga hari-hari berikutnya. Dan hanya Nida yang dilihatkan penampakan bayangan putih itu. Hari keenam, tepatnya Kamis malam Jumat, Nida yang tengah tertidur tiba-tiba berteriak.
Nida mimpi buruk. Dalam mimpi itu, dia didatangi wanita berambut panjang dengan baju putih penuh darah di bagian perutnya. Wanita itu berteriak minta tolong. Wajahnya pucat pasi menyiratkan aura kesedihan.
Nida terbangun dari mimpinya dengan tubuh berkeringat. Padahal AC di kamarnya sangat dingin. Dadanya bergemuruh. Jantungnya rasanya mau copot.
Ketika dia terbangun dari mimpinya, Nida melihat wanita di dalam mimpinya itu berwujud nyata dan berdiri persis di depannya. Malam itu, Hilman belum pulang kantor. Dia beralasan ada lembur pekerjaan yang harus diselesaikan.
Nida tak kuasa untuk berteriak. Lehernya rasa tercekat. Dan sosok wanita mirip kuntilanak itu tak juga pergi dari hadapan Nida. Tubuh si wanita itu penuh darah, di wajah, di perut hingga kakinya. Wajahnya terlihat seperti penuh amarah dan kecewa.
Perempuan 25 tahun itu lalu tak sadarkan diri. Selang beberapa menit, Hilman sampai di rumah. Dia terkejut melihat Nida pingsan. Hilman segera membawa Nida ke klinik terdekat. Hasil pemeriksaan dokter sungguh mengejutkan.
“Maaf ibu, janin dalam kandungan ibu berhenti nafas. Ini bisa jadi karena faktor ibu dalam kondisi stres atau depresi,” papar dokter jaga di klinik tersebut.
Hilman dan Nida menangis sejadi-jadinya. Anak yang mereka nantikan pergi untuk selama-lamanya tanpa dilahirkan ke dunia. Percaya atau tidak percaya, janin yang hilang itu kabarnya diambil hantu perempuan yang tiap malam datang menghantui Nida.
Dan, konon kabarnya, rumah tua itu sepeninggalan sepasang suami istri beda negara. Si suami asal Amerika Serikat, dan si istri orang Cirebon asli. Ada insiden pembunuhan di rumah itu. Si istri yang tengah hamil muda itu ditemukan tewas dengan luka besar di bagian perut. Pelakunya tak ditemukan sampai saat ini. Polisi menutup kasus tersebut karena bukti yang kurang kuat. Dan si suami bule kembali ke negaranya.