TANGSELXPRESS – Sebut saja namanya Erwin, seorang karyawan di sebuah perusahaan pembiayaan di Jakarta. Erwin punya cerita yang cukup menakutkan, bertemu kuntilanak sambil menggendong bayi.
Kepada tim mistis Tangselxpress.com, Erwin menuturkan ceritanya.
“Yang gue inget, saat itu akhir bulan Agustus, ,” kata Erwin sambil mengisap rokok elektriknya.
Peristiwa yang dialami Erwin terjadi beberapa tahun silam.
Saat itu, kantornya mengirim dia untuk pergi ke Kota Malang. Ada tugas penting yang harus dia selesaikan di kota wisata itu.
Di sana, Erwin yang bekerja sebagai auditor itu memilih menginap di sebuah villa di Kota Batu. Dia sengaja memilih jarak yang agak jauh dari Kota Malang.
“Pikir gue, biar gue bisa istirahat dengan tenang. Makanya gue pilih Kota Batu daripada Kota Malang,” kata dia.
Rupanya, vila yang dipilih Erwin benar-benar berada di pedalaman. Jauh dari keramaian penduduk.
Dia memilih di kamar yang berada di paling atas. Dekat dengan bangunan tua yang di kanan kirinya ditumbuhi pohon rindang.
Saat itu, Erwin tak mempedulikan kondisi bangunan tua yang sebenarnya cukup menyeramkan itu. Erwin sama sekali tak mempercayai tahayul ataupun keberadaan hantu.
Waktu menunjukkan pukul 21.30 WIB. Di luar vila yang dia sewa, hujan terus turun sejak sore.
Perutnya yang sejak siang belum terisi nasi mulai berontak. Erwin pun menelepon ke operator vila untuk memesan nasi goreng, kopi hitam dan air mineral.
Tidak lama kemudian. “Tok….tok…..tok” suara pintu kamarnya diketok seseorang dari luar.
Ternyata, pelayanan vila membawakan makanan yang dia pesan.
Namun, ada yang aneh pada wajah pria pelayan pembawa makanan itu. Wajahnya dingin, dan sangat misterius. Umurnya, kurang lebih 50 an tahun.
“Silakan pak, dinikmati pesanannya,” kata pria itu.
“Oh iya, terima kasih,” kata Erwin sambil memberikan uang pesanan makan malamnya.
“Bapak baik-baik saja kah?,” tanya pelayan itu sebelum beranjak pergi.
“Baik saja pak, memang kenapa pak?,” tanya Erwin penasaran.
“Oh tidak apa apa pak. Nanti kalau bapak perlu kami, ketok aja kentongan di depan pintu ini. Nanti kami segera datang,” kata sang pelayanan sambil beranjak pergi.
Anehnya, begitu pelayanan menghilang di balik pintu, Erwin mencium aroma bunga Melati yang masuk lewat jendela kamarnya yang terbuka.
Erwin berusaha mengabaikannya. Dia memilih untuk focus mengisi perutnya yang kosong.
Namun, baru saja tiga sendok makanan masuk ke mulutnya, dia mendengar suara wanita yang bernyanyi lagu Jawa.
“lir iliiiir tandure wong sumilir…..hihihihi……..” suara itu terdengar dari luar jendela. Lirih dan menyayat hati.
“lir iliiiir tandure wong sumilir…..hihihihi……..” suara itu kembali terdengar.
Sesaat kemudian, Erwin mendengar suara wanita yang menangis. Suara tangis yang meratapi kematian anaknya.
“Hwaaaa……le kowe nek ndi…..(nak kamu di mana).”
“Leee ndang mulih….(nak segera pulang),” kata suara di luar jendela.
Penasaran, Erwin berusaha mencari tahu siapa wanita yang menyanyi dan menangis di luar kamar vilanya.
Dia melongokkan kepalanya keluar jendela. Mencari tahu sumber suara yang mengganggu kenikmatan makan malamnya.
Sempat tengak tengok kanan kiri, mata Erwin tertuju pada bangunan tua yang tak jauh dari kamarnya.
Di sana, Erwin melihat sesosok wanita berambut panjang, berbaju putih sambil menggendong seorang bayi yang berlumur darah. Mata Erwin dan sosok wanita itu sempat beradu pandang.
Tubuh Erwin seketika bergetar hebat. Dia sadar, sosok wanita di depannya adalah hantu yang cukup mengerikan, yaitu Kuntilanak!
Erwin seketika ingat pesan pelayan yang meminta dia membunyikan kentongan jika perlu pertolongan.
Beberapa petugas vila pun tak lama datang dan mengevakuasi Erwin ke tempat yang lebih aman.
“Beberapa tamu sempat mengalami hal yang sama dengan bapak. Melihat kunti penunggu bangunan tua itu,” kata salah satu pelayan vila kepada Erwin.
Menurut mereka, Kunti itu kabarnya adalah seorang wanita korban pembunuhan yang mayatnya ditemukan di tempat itu. Wanita itu, ditemukan dalam kondisi meninggal bersama janin yang dikandungnya.
“Entah bener atau enggak cerita itu, gue yang pasti kagak ma uke tempat itu lagi,” kata Erwin.