TANGSELXPRESS – Indonesia mendorong adanya pelindungan pada investasi di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN 2023 di Jakarta yang akan diselenggarakan pada September mendatang. Hal itu dengan tetap mempertimbangkan sensitivitas serta perkembangan masing-masing negara.
Hal itu menjadi salah satu dari tiga poin terkait investasi yang akan ditawarkan pemerintah Indonesia. Poin kedua adalah penguatan kerja sama dan pengembangan rantai pasok, khususnya pada sektor yang memberikan nilai tambah yang tinggi. Ketiga adalah penguatan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), di antaranya dengan mempromosikan kemitraan dengan usaha besar.
Demikian ditegaskan Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Riyatno, saat konferensi pers secara daring bertajuk “Road to KTT ASEAN ke-43” yang digelar Forum Merdeka Barat (FMB 9), di Jakarta, Selasa (15/8/2023).
“Kami di Kementerian Investasi tentunya mendukung, khususnya dari sisi investasi. Ini akan mendorong investasi di negara-negara ASEAN bukan hanya tumbuh di satu negara, melainkan juga dapat bermanfaat bagi negara anggota ASEAN lainnya,” kata Riyatno.
Pada kesempatan tersebut Riyatno juga mengatakan bahwa Foreign Direct Investment (FDI) di ASEAN naik senilai USD224 Milyar pada 2022. Porsi arus masuk FDI global di kawasan terus meningkat, dari yang awalnya kurang dari 15 persen menjadi lebih dari 17 persen dari total FDI global. Aliran masuk FDI ASEAN pada tahun 2022 melebihi aliran masuk FDI ke China selama dua tahun berturut-turut.
Enam negara anggota ASEAN mencatat arus FDI yang lebih tinggi. Singapura mencatat peningkatan nilai tertinggi, terhitung lebih dari 60 persen FDI di ASEAN. FDI di tiga negara anggota melampaui rekor sebelumnya (Malaysia, Singapura, Vietnam), sementara Indonesia mengalami peningkatan investasi yang meski tidak terlalu besar namun tetap menjadi sasaran nomor dua tertinggi di ASEAN dengan USD22 miliar.
Riyatno menambahkan, FDI dari Amerika Serikat menjadi sumber terbesar, naik 6 persen menjadi USD 37 Milyar. Manufaktur dan keuangan, keduanya sekitar USD 20 Milyar, menyumbang sebagian besar FDI dari Amerika Serikat.
“Perusahaan dari Amerika Serikat sejauh ini merupakan investor terbesar di industri ini. Sementara FDI dari intra ASEAN menempati posisi berikutnya sebesar USD 28 Milyar,” ujar Riyatno.
Penggerak utama pertumbuhan FDI di ASEAN adalah investasi yang kuat di bidang manufaktur, keuangan, perdagangan grosir dan eceran, transportasi dan penyimpanan, serta informasi dan komunikasi.
“Lima sektor ini menyumbang 86 persen dari total arus masuk FDI di ASEAN. Manufaktur tetap menjadi sektor yang paling signifikan dengan investasi yang naik ke level tertinggi sepanjang masa sebesar USD62 Milyar. Industri elektronik dan listrik di ASEAN tetap menjadi penerima utama investasi di bidang manufaktur,” katanya.
Dijelaskannya, terdapat sejumlah faktor–faktor yang saling terkait dan dapat meningkatkan arus FDI. Antara lain, peningkatan investasi di berbagai modalitas (jenis proyek) yang menunjukkan sentimen investor yang semakin menguntungkan untuk wilayah tersebut.
Kemudian, rekor FDI di bidang manufaktur yang membuktikan pemulihan kuat kawasan ini dari pandemi dan tumbuhnya semangat industri.
Faktor lainnya, strategi investasi korporasi yang berfokus pada perluasan kapasitas untuk membangun fasilitas rantai pasok, memperkuat jaringan rantai pasok yang ada dan membangun pijakan regional yang lebih kuat.
Lalu, peningkatan investasi dalam transisi energi, infrastruktur, dan ekonomi digital, serta minat investor yang signifikan dari beberapa negara sumber.
“Pelaksanaan proyek-proyek besar yang diumumkan sebelumnya juga berperan dalam mempertahankan tingkat investasi yang tinggi di wilayah ASEAN. Dimana industri yang menerima investasi signifikan pada 2021, misalnya, EV, elektronik, pusat data, ekonomi digital terus menerima investasi baru, diperluas, dan ditingkatkan pada 2022.
Pada keketuaannya yang keempat kali di ASEAN, Indonesia fokus meletakkan landasan untuk kerja sama negara-negara ASEAN yang sifatnya strategis di masa depan. Untuk mencapai hal tersebut Indonesia akan mengawal dan memastikan kelembagaan ASEAN yang kuat dan kokoh dengan berbagai mekanisme kerjanya. Termasuk bagaimana memperkuat sumber daya ASEAN.
Sebelumnya, dalam pelaksanaan KTT ke-42 ASEAN yang berlangsung pada 10-11 Mei 2023, di Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), sejumlah hasil telah dicapai.
Di antaranya mendorong negara Kawasan lebih mendahulukan kepentingan rakyat, termasuk pelindungan pekerja migran dan korban perdagangan manusia, termasuk penindakan terhadap pelaku-pelaku utama Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Negara-negara ASEAN sepakat untuk tidak memberikan toleransi terhadap pencederaan nilai-nilai kemanusiaan di Myanmar. Negara ASEAN sepakat untuk terlibat dengan semua pemangku kepentingan sesuai dengan mandat “Lima Poin Kesepakatan”.
Kesepakatan lainnya adalah penguatan kerja sama ekonomi. Negara ASEAN sepakat untuk membangun ekosistem mobil listrik dan menjadi bagian penting dari rantai pasok dunia sehingga menjadikan hilirisasi industri sebagai kunci. Selain itu, negara-negara ASEAN juga sepakat untuk memperkuat implementasi transaksi mata uang lokal dan konektivitas pembayaran digital antarnegara.