BERDASARKAN ranking universitas yang terindeks di sistem penilaian seperti QS, ARWU dan THE terlihat bahwa sebagian besar Universitas top berasal dari Amerika dan Inggris secara internasional.
Jika dilihat lebih teliti lagi biasanya universitas yang berasal dari negara berbahasa Inggris seperti dua negara tersebut, Kanada, Australia dan bahkan Selandia Baru bisa ada di top 200 universitas.
Saat saya mengatakan Inggris sebenarnya saya bermaksud mengatakan negara Britania Raya yang terdiri dari Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara. Namun masyarakat kita lebih familiar dengan kata Inggris.
Beberapa universitas top Amerika yang selalu konsisten di atas 100 besar misalnya Universitas Harvard, Institut Teknologi Massachusetts, Universitas Yale, Universitas Princeton, Universitas Columbia, Universitas Pennsylvania, Universitas Cornell, Universitas Stanford, Universitas Chicago, Universitas California kota Berkeley dan Institut Teknologi California.
Sedangkan di Inggris yang konsisten tetap di atas misalnya Universitas Cambridge, Universitas Oxford, Universitas College London, King’s College London, Imperial College London, London School of Economics and Political Science dan Universitas Edinburgh.
Muncul pertanyaan kenapa bisa negara tersebut mendominasi dunia pendidikan tinggi? Banyak parameter/indikator yang digunakan untuk menilai suatu universitas seperti sitasi penelitian, reputasi staf, pandangan internasional dan lain sebagainya.
Di sini saya akan menilik penyebabnya berdasarkan sudut pandang historis. Inti dari fenomena ini semua karena kejadian Perang Dunia II. Pengaruh event sejarah Perang Dunia II ini banyak menghasilkan perubahan baru dalam aspek politik, ekonomi dan sosial.
Beberapa di antaranya adalah Perang Dingin yang terjadi antara dua kutub yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet, lalu berbagai negri jajahan barat yang satu demi satu merdeka serta terbentuknya Persatuan Bangsa-Bangsa. Dan dari semua itu di sini penulis juga membahas dampaknya pada universitas di dunia.
NAZI dan Adolf Hitler
Pada masa pemerintahan Hitler yang sedang balas dendam dengan sekutu, Jerman membangun militernya dengan baik. Namun Hitler dan partainya yaitu NAZI menyebarkan ekstrimisme kebencian yang menyudutkan beberapa kaum tertentu berdasarkan etnis, keturunan, dan bahkan kondisi fisik seperti disabilitas.
Salah satu jenis perlakuan NAZI yang dipimpin oleh Hitler adalah kasus Holocaust yang banyak membunuh orang Yahudi di Jerman dan sekitarnya. Orang Yahudi kala itu banyak berkecimpung di dunia akademi dan merupakan kelompok yang memiliki banyak ilmuwan terkenal pada masanya. Contohnya adalah Albert Einstein yang merupakan salah satu ilmuwan paling terkenal di eranya.
Albert Einstein merupakan salah satu ilmuwan yang aktif pada di ranah universitas dan bahkan pernah menjadi dosen kunjungan ke Inggris teptanya di Universitas Oxford serta di Institut Teknologi California di Amerika Serikat.
Setelah kabar terdengar di seluruh Jerman dan bahkan Eropa banyak orang Yahudi pergi melarikan diri ke luar Jerman melepaskan jabatannya yang mereka pegang di Universitas dan Institut akademi dan bahkan juga daerah yang akan diduduki Jerman seperti Swiss, Austria, Polandia, Hungaria dsb.
Jadi orang Yahudi merupakan salah satu etnis yang menonjol dalam dunia akademi seperti ilmuwan di Eropa mulai pertengahan abad ke-19. Tidak heran kala itu dunia akademik Jerman menjadi lambat berkembang dan bahkan mandek saat masa dan selesainya Perang Dunia II.
Contoh universitas terkenal yang paling terkena dampaknya adalah Universitas Gottingen. Universitas ini sekarang tertinggal jauh prestasinya di Jerman dan tentu juga di dunia. Ilmuwan Yahudi lain yang tinggal di Eropa misalnya Bohr, Pauli, Born, Teller, Noether dan Meitner.
Mereka yang dianggap etnis yang merugikan bangsa Jerman pergi berpencar seperti ke Inggris, Swedia, Amerika dan Uni Soviet.
Eropa Porak-poranda
Dampak perang membuat sarana dan prasarana di teater perang Eropa rusak dan begitu juga akses ke kebutuhan hidup. Ini jelas membuat Eropa lebih lambat berkembang daripada Amerika Serikat yang jauh dari daerah medan perang. Namun Inggris yang notabenenya di Eropa tetapi karena ada di pulau relatif aman walaupun terkena serangan udara Jerman seperti di London. Maka negara tersebut tidak terkena dampak besar oleh perang. Susana parah terjadi pada negara-negara yang ada di benua Eropa misalnya Jerman, Polandia, Prancis dan Uni Soviet.
Bahasa Inggris menjadi bahasa Internasional selama 50 tahun lebih
Bangsa Inggris yang sudah memiliki jajahan di setiap sudut dunia membuat bahasanya sendiri banyak dipelajari oleh kalangan yang berkecimpung di dunia Internasional. Pada tahun 1800-an Inggris telah menguasai daerah India yang merupakan daerah kekuasaan kerajaan-kerajaan di India. Ini membuat daerah Kekaisaran Inggris menjadi lebih besar dari Kekaisaran Mongolia pada tahun 1200-an.
Meski Cina dan Spanyol memiliki penutur yang banyak, bahasa Inggris lebih dikenal karena kekuasaan Inggris atas jajahannya dan pengaruhnya dalam dunia Internasional.
Setelah perang berakhir semakin banyak para pelajar dari Eropa, Asia, Afrika dan Amerika Latin mengejar pendidikan tinggi di Amerika Serikat dan juga Inggris. Bahasa Inggris tentunya lebih sering dipelajari oleh sekolah di seluruh dunia dari pada bahasa seperti Jerman dan Rusia.
Karena bahasa Inggris adalah bahasa asli membuat negara seperti Kanada, Australia bahkan Selandia Baru merasakan dampaknya.
Ketiga hal di atas menjadikan dominasi universitas di Inggris dan Amerika masuk akal untuk direnungkan. Ini berarti kekuasaan dan bahasa bisa meningkatkan potensi para peneliti.
Pertanyaan menariknya, sebelum perang dunia kedua apakah universitas Amerika seperti Universitas Harvard dan Universitas Princeton dulu sebanding dengan Universitas di Eropa seperti Universitas Cambridge, Universitas Gottingen dan Universitas Sorbonne?
Ternyata walaupun sekarang Harvard dan Princeton salah satu terbaik di dunia, sebelum perang dunia kedua mereka bukanlah pusat penelitan dan revolusi ilmiah misalnya Revolusi Fisika Modern yang menghasilkan Fisika Kuantum dan Relativitas yang terjadi di Eropa khususnya Jerman, Analisis kompleks yang dikembangkan oleh Cauchy dari Prancis, evolusi yang menjelaskan proses perubahan makhluk hidup berdasarkan seleksi alam oleh Charles Darwin yang ada di Inggris dan gaya penemuan gaya Elektromagnetik yang secara mengejutkan bahwa cahaya dihasilkan dari perubahan listrik dan magnet oleh James Clerk Maxwell seorang Skotlandia.
Penulis:
Yosef Gomgom Handayani
Mahasiswa Universitas Pamulang
Tulisan ini dibuat dalam rangka tugas kuliah.