INDONESIA resmi memasuki resesi akibat pandemi Covid-19 ketika ekonomi berbalik negatif pada kuartal ketiga tahun 2020 dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Ini adalah resesi pertama sejak krisis keuangan tahun 1998.
Secara teori, resesi terjadi dua kuartal secara berturut-turut dengan pertumbuhan negatif. Salah satu kunci pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan konsumsi masyarakat yang meningkat sebesar 9,76% dibandingkan tahun 2019.
Namun, Bank Dunia melaporkan risiko resesi global pada tahun 2023 yang dapat melanda Indonesia. Menurut Detri Karya, Guru Besar Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau, Indonesia mulai merasakan dampak resesi ekonomi, terbukti dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal karyawan di salah satu perusahaan e-commerce di tanah air.
Menunjukkan penyebabnya adalah turunnya daya beli masyarakat yang diperparah dengan kenaikan harga BBM. Jika ekonomi memasuki resesi, pencari kerja Indonesia dapat kesulitan menemukan lowongan dalam beberapa bulan mendatang, dan pendapatan perusahaan dan individu dapat turun.
Ancaman resesi adalah situasi yang serius yang dapat berdampak luas pada ekonomi suatu negara. Namun, di tengah gelombang ketidakpastian ini, UMKM dapat memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Dengan fleksibilitas, adaptasi, dan inovasi mereka, UMKM dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebagai sektor usaha yang berfungsi sebagai tulang punggung ekonomi, usaha kecil dan menengah (UMKM) memiliki beberapa keuntungan yang dapat dimanfaatkan saat menghadapi resesi.
Pertama, UMKM biasanya memiliki modal yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan besar, sehingga resiko kerugian yang disebabkan oleh resesi dapat diminimalkan. Kedua, UMKM sangat fleksibel dalam mengubah strategi bisnis mereka. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pasar dan menemukan peluang baru akan sangat penting selama masa resesi.
Selain itu, usaha kecil dan menengah (UMKM) memiliki kemampuan untuk berdampak positif pada perekonomian secara keseluruhan. Ketika UMKM berkinerja baik, mereka cenderung mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja lokal, mendorong konsumsi domestik, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Dengan menyediakan lapangan kerja baru dan meningkatkan daya beli masyarakat, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki potensi untuk menyelamatkan ekonomi selama resesi.
Untuk meningkatkan peran UMKM dalam menghadapi resesi, diperlukan upaya dan dukungan yang berkelanjutan dari pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya. Bisnis kecil dan menengah (UMKM) dapat menerima insentif dan bantuan keuangan dari pemerintah, seperti pembebasan pajak, akses modal murah, dan pelatihan manajemen. Para pemangku kepentingan juga dapat membantu UMKM dengan mempromosikan, mempromosikan, dan mendampinginya.
Dalam menghadapi ancaman resesi pada tahun 2023, UMKM menjadi solusi yang cerdas dan efektif dalam menjaga stabilitas ekonomi. Keunggulan mereka dalam fleksibilitas, adaptasi, dan inovasi akan menjadi aset berharga untuk mengatasi tantangan ini.
Dengan dukungan dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, UMKM dapat menjadi poros pemulihan yang kuat dan memberikan kontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi negara.
Ingatlah bahwa resesi bukanlah akhir dari segalanya, setiap kesulitan membawa peluang baru. Usaha kecil dan menengah (UMKM) memiliki potensi besar untuk bertahan dan bahkan tumbuh di tengah ancaman resesi. Kita dapat mengatasi masalah keuangan dan meraih kesuksesan dengan menggunakan strategi yang cerdas, berfokus pada inovasi, dan memanfaatkan kekuatan teknologi.
Penulis:
Kurnia Azzahrah
Mahasiswi Universitas Pamulang
Tulisan ini dibuat dalam rangka tugas kuliah.