SETIAP orang yang menggunakan bahasa sebagai media komunikasi dapat merasa terhubung dengan kelompok sosial tempat mereka berada dan dapat terlibat dalam semua interaksi sosial semaksimal mungkin tanpa mengalami konflik. Banyak anak muda saat ini mengabaikan berbahasa Indonesia.
Berbicara Bahasa Indonesia dengan benar memerlukan kepatuhan pada persyaratan tata bahasa dan tata bahasa. Bahasa yang paling signifikan di perbatasan republik kita adalah bahasa Indonesia (Alwi et al., 2010). Proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih, baik secara langsung maupun melalui media, biasa disebut dengan komunikasi. Media cetak (koran, majalah, pamflet, spanduk, dan lain sebagainya.) dan media elektronik keduanya merupakan bentuk komunikasi.
Bahasa dapat digunakan untuk mengirimkan pikiran, ide, konsep, dan perasaan serta untuk memfasilitasi koneksi dan komunikasi. Bahasa adalah sarana ekspresi diri dan emosional. Kita memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan segala sesuatu yang terindikasi di dalam hati dan otak kita melalui kata-kata.
Ada dimensi fisik dan sosial dalam bahasa. Bagian fisik dari bahasa adalah cara orang berkomunikasi satu sama lain melalui suara yang dihasilkan selama berbicara, dan setiap suara memiliki arti tertentu. Bahasa memiliki implikasi sosial karena kekayaan dan keragamannya.
Contoh alat komunikasi adalah media sosial. Kita bisa mengungkapkan semua yang kita rasakan dan pikirkan melalui dialog. Karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya, komunikasi memegang peranan penting bagi mereka sebagai sarana informasi karena tanpa komunikasi, manusia tidak dapat berinteraksi satu sama lain.
Meskipun demikian, banyak orang masih menggunakan komunikasi. Itu tidak sesuai dengan. Banyak anak muda menggunakan bahasa yang tidak pantas, seperti bahasa gaul atau kata-kata kotor, di Instagram dan platform media sosial lainnya. Bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan konteks interaksi bahasa, khalayak, dan pokok bahasan yang dibicarakan. Berbicara baik dan jujur tidak selalu harus menggunakan bahasa formal. Penggunaan bahasa yang tepat sesuai dengan hukum dan peraturannya harus diperhatikan.
Prinsip-prinsip yang memisahkan berbagai jenis teks satu sama lain dikenal sebagai aturan linguistik. Aturan bahasa meliputi penggunaan tata bahasa, konstruksi kata, dan ejaan bahasa. Standar untuk kata-kata standar diikuti saat menggunakan bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa ini adalah sumber utama bahasa tersebut.
Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai untuk audiens yang diajak bicara. Hal ini dapat berubah berdasarkan faktor-faktor antara lain pendidikan, agama, usia, lingkungan, dan kedudukan sosial, yang semuanya bersifat bergerak. Saat berkomunikasi, hal itu dapat menyebabkan kesalahpahaman jika Anda tidak dapat menggunakan bahasa yang tepat mengingat situasinya.
Ini dapat terjadi secara tidak langsung selain secara langsung. Adalah mungkin untuk mengetahui kapan bahasa digunakan secara efektif secara lisan dengan cara penyampaiannya, nada yang digunakan saat berbicara, dan ekspresi wajah. Jika berbicara dengan lantang dan dengan sikap marah kepada yang lebih tua dianggap bukan bahasa yang pantas.
Menulis memungkinkan untuk komunikasi tidak langsung dari penggunaan bahasa yang efektif. Terlihat dari kualitas tulisannya bahwa berbicara secara tidak langsung dapat menimbulkan kesalahpahaman di antara orang lain.
Bahasa yang relevan dengan aturan tata bahasa dan konvensi penulisan adalah bahasa yang sesuai. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) sama-sama memasukkan kaidah penulisan dan pengucapan yang lebih mewakili bahasa yang benar.
Banyak anak muda menyalahgunakan media sosial, memposting komentar ofensif di Instagram yang mengolok-olok pengguna lain atau menggunakan bahasa kasar. Menjaga etika dalam komunikasi itu penting, dan media sosial tidak terkecuali. Sangat penting untuk terhubung secara efektif di media sosial Instagram, terutama dengan berbicara dengan tepat dan hormat serta menahan diri untuk tidak menggunakan kata-kata kasar.
Alangkah baiknya jika kita bisa menjaga kesopanan di media sosial dan anak muda sadar akan pedoman etika saat menggunakan Instagram. Penggunaan kata-kata yang tidak sesuai dengan aturan EYD atau yang disebut sebagai “kata-kata alay”, yang merupakan penggunaan umum dan juga sesuai dengan pedoman saat ini.
Anak-anak yang tidak memahami berbagai istilah alay yang digunakan banyak menimbulkan efek negatif, dan pada akhirnya mereka mengikuti apa yang mereka lihat dan dengar, yang dapat memberikan efek negatif bagi mereka maupun penutur non-alay lainnya.
Penulis:
Nurlaili Syalsabila
Prodi Akuntansi S1
Universitas Pamulang
Tulisan ini dibuat dalam rangka tugas kuliah.