TANGSELXPRESS – Ekonomi Indonesia termasuk yang tumbuh kuat di tengah adanya berbagai gejolak. Bersama dua negara Asia lainnya, ekonomi Indonesia konsisten tumbuh di atas pertumbuhan global.
“Ekonomi Indonesia, Tiongkok, dan India yaitu tiga negara emerging memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi yang sangat baik, namun masing-masing memiliki tantangan,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani seperti dikutip dari laman Kemenkeu saat rapat kerja bersama Banggar DPR RI, Selasa (30/5).
Pasca krisis keuangan global 2008, ekonomi global melambat dan diperburuk oleh mulainya perang dagang antara AS dan Tiongkok tahun 2017. Selanjutnya, adanya pandemi Covid-19 juga menyebabkan kontraksi yang dalam secara global. Indonesia dan India termasuk yang pulih paling cepat, walaupun dihadapkan pada krisis geopolitik.
Kebijakan fiskal Indonesia telah terbukti efektif mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk di masa pandemi. Di antara negara G20 dan ASEAN, kenaikan PDB Indonesia dan Vietnam lebih besar dari utang, sementara mayoritas negara lainnya, kenaikan utang justru lebih tinggi dari PDB nya masing-masing.
“Paska pandemi tidak berarti tantangan kita semakin mudah. Kita lihat tensi geopolitik itu menjadi factor dominan dan sama seperti dimana saja politik itu unpredictable dampaknya menjadi shock yang tidak bisa tercipta pattern-nya,” jelasnya.
Selain tensi geopolitik, Menkeu menekankan bahwa ancaman kemunculan pandemi, perubahan iklim, dan digitalisasi menjadi tantangan yang perlu diwaspadai ke depan. Menkeu menyebut bahwa hal-hal tersebut akan menjadi game changer dan mengubah konstelasi global hingga satu dekade ke depan.
“Untuk menghadapi ketidakpastian maka Indonesia harus mampu menciptakan resiliensi, dalam suasana yang tidak pasti harus dijaga dengan ketahan ekonomi Indonesia,” terangnya.
Tren pemulihan ekonomi Indonesia berlanjut dengan kuat dimana PDB tumbuh di atas 5% dalam 6 kuartal berturut-turut. Menurut Menkeu, pertumbuhan ini didukung oleh semua agregat demand yang telah pulih setelah pandemi diantaranya adalah konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor-impor.
Sementara itu, dari komponen produksi seperti manufaktur, perdagangan, pertambangan, pertanian, konstruksi, transportasi, dan akomodasi juga mencatatkan kinerja yang positif.
“Secara regional juga sudah kita lihat bahwa pemulihan sudah dikontribusikan oleh semua daerah,” imbuhnya.
Menkeu melanjutkan bahwa pemulihan ekonomi yang berkualitas mampu menurunkan pengangguran dan kemiskinan. Pemulihan ekonomi 2021-2022, mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak 6,8 juta orang (neto), sehingga angka pengangguran turun ke angka 5,45%.
Penguatan program Perlinsos juga telah mendorong penurunan tingkat kemiskinan dan ketimpangan secara signifikan. Tingkat kemiskinan turun dari 11,0% di tahun 2014 menjadi 9,57% di tahun 2022. Rasio gini turun tajam dari 0,414 di tahun 2014 menjadi 0,381 di tahun 2022.