TANGSELXPRESS- Amanda, nama panggilannya Manda, terpaksa harus pindah-pindah sekolah karena ikut ayahnya pindah kerja atas keputusan kantornya. Terhitung sejak SD sampai sekarang SMP sudah tiga kali pindah sekolah dari satu daerah ke daerah lainnya. Namun semua itu senantiasa dinikmati dan selalu disyukuri oleh Manda dan keluarganya. Mungkin begitu takdir perjalanan hidup keluarganya.
Pagi itu hari pertama Manda masuk sekolah baru. Bu Nani, wali kelas VII itu memperkenalkan Manda ke siswa-siswi yang berjumlah sekitar 30 anak. Semua menyapanya dengan riang dan penuh bahagia. Bahkan disambut senyum dan tawa seisi ruangan kelas itu. Manda pun tampak berbinar atas sambutan hangat kawan-kawan barunya.
Namun keceriaan itu terhenti seketika saat Manda harus duduk di bangku kosong pojok kanan paling belakang. Disitu ada satu meja panjang dan dua bangku yang masih kosong belum terisi siswa. Bu Nani mempersilakan Manda duduk di antara dua bangku kosong tersebut. Sontak semua murid-murid terdiam dan kelihatan tegang, terlebih saat Manda secara mendadak melambaikan tangan dan tersenyum ke arah pojok bangku kosong. Manda pun diantar gurunya ke tempat duduk yang sudah disiapkan tersebut.
Keanehan-keanehan mulai terjadi di kelas itu. Tidak jarang Manda tertawa sendiri di bangku yang sebelahnya masih kosong. Kadangkala Manda ngobrol-ngobrol sendiri tanpa lawan bicara di sebelahnya. Bahkan teriak-teriak kencang ketika obrolan tersebut terlampau lucu. Kawan-kawannya pun mulai merasa ketakutan. Bukan karena bangku kosongnya tapi karena keanehan Manda anak baru yang berperilaku tidak wajar.
Kegaduhan di kelas itu sampai menyebar seantero sekolah. Semua penasaran tentang sosok Manda. Sampai-sampai Manda beberapa kali dipanggil oleh guru dan diinterogasi terkait perilaku anehnya tersebut. Manda pun tak luput dari cacian kawan dan dikucilkan oleh beberapa teman siswanya. Namun seringkali Manda dibantu oleh temen gaibnya ketika diganggu atau dicaci kawan-kawan yang tidak menyukainya. Untunglah Manda tipikal gadis yang sabar dan tidak mudah bereaksi ketika sejumlah kawan-kawannya cenderung tak suka.
Manda akhirnya berterus terang kepada guru bahwa dirinya adalah indigo. Menurutnya, ada mahluk gaib yang selalu ikut sekolah setiap harinya seperti dirinya. Manda selalu berkomunkasi dengan mahluk seusinya itu ketika berada di ruang kelas, bahkan ikut belajar seperti kawan-kawan lainnya. Mahluk itu tidak nakal, kecuali ada yang sengaja mengganggunya. Mahluk itu hanya ingin menyelesaikan sekolahnya yang sempat tertunda beberapa tahun lalu. Mahkuk itu ingin lulus sekolah juga.
Rupanya pengakuan Manda itu belum sepenuhnya dipercaya oleh semua guru di sekolah itu. Manda pun mencoba mencari tahu dari siswa siswi yang mau menerimanya sebagai teman. Rivo dan Julia rupanya mau menjadi tempat curhat Manda selama ini. Terkuaklah bahwa dua tahun lalu memang bangku kosong itu ditempati oleh siswi bernama Ajeng yang wafat karena kecelakaan bersama kedua orangtuanya. Manda ditemani Rivo mencoba mencari tahu lebih informasi itu ke neneknya yang kebetulan masih hidup.
Suatu hari Manda meminta izin kepada guru dan kawan-kawannya untuk berkomunikasi dengan Ajeng di kelas. Meski sebagian dari siswa ada yang menolak karena takut, akhirnya semua siswa menerima ajakan Manda tersebut. Melalui kekuatan indigonya Manda berkomunikasi dengan Ajeng tentang sosoknya selama ini. Ajeng cerita dari awal sampai akhirnya tetap ingin menyelesaikan sekolahnya. Dia ingin membahagiakan kedua orangtuanya yang juga sama-sama sudah lepas dari alam bumi.
Yang membuat siswa siswi merinding adalah setiap hari sebenarnya Ajeng ada di ruangan itu. Dia melihat semuanya belajar bahkan tahu nama-nama semua murid di kelas ini. Sontak sebagian siswi menutup matanya dengan kedua tangannya. Namun Ajeng pun menjelaskan kalau dirinya tidak akan mengganggu kawan-kawan di kelas ini. Hingga hari penganugerahan kenaikan kelas pun bangku kosong selalu disediakan berdampingan dengan Manda.