TANGSELXPRESS – Manies (Mata Anies) Indonesia didirikan untuk ikut menjadi bagian integral yang tak terpisahkan dari sebuah gerakan bersama dalam menyelamatkan Indonesia sebagai bangsa dengan kemandiriannya yang kokoh.
Ketua Relawan Manies Indonesia, Muhammad Husen Db. (Debe) mengatakan, salah satu sikap yang penting dalam proses menjaga dan merawat Bangsa Indonesia adalah dengan ikut menentukan pemimpin bangsa yang sesuai dengan karakter bangsa. Indonesia di mata dia adalah negara besar, negara berkembang dan akan menjadi negara maju.
Untuk itu, mimpi tentang sebuah kepemimpinan bangsa yang memiliki kepekaan terhadap Indonesia dengan segenap kebhinekaannya harus terus dipupuk dan dijaga.
“Maka kita harus ikut terlibat secara aktif menggawangi pemimpin demi terwujudnya Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur,” kata Debe, Selasa (9/5).
Tenaga Ahli Badan Sosialisasi MPR RI itu melanjutkan Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh memiliki kecintaan yang besar terhadap Indonesia yang punya keberagaman bahkan mimpinya adalah di masa depan akan ada anak-anak Indonesia yang kulitnya hitam, rambutnya keriting jadi Presiden di Republik ini.
“Mimpi ini menggambarkan betapa Indonesia memiliki kejayaan kebudayaan dan keluwesan karakteristik. Indonesia yang akan menjadi negara paling berpengaruh di mata dunia,” pungkasnya.
Pendiri Mata Anies Indonesia, Debe bersama teman-teman relawan melihat bahwa penting ada kesadaran kolektif untuk membawa bangsa ini maju dan berkembang. Bersama Sekjen Eko Pranoto, Bendahara Umum, Zulkifli, memilih untuk menguatkan simpul demi sebuah cita-cita mulia memenangkan sosok pemimpin yang ideal.
Manies Indonesia telah menentukan sikap sekaligus memilih berjuang bersama dengan Calon Presiden yang diusung partai politik Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan.
“Ada beberapa alasan mendasar yang melatarbelakangi pilihan ini diantaranya; pertama. Pak Anies Baswedan adalah sosok anak bangsa yang cerdas dan kreatif,” tutur pria yang juga Bacaleg NasDem untuk DPRD Provinsi NTT Dapil Flores Timur, Lembata, Alor.
Kedua, figur Anies Baswedan merupakan seorang aktivis yang sejak kecil telah menjadi anak yang memiliki tanggungjawab dalam kepemimpinan anak muda. Ketiga, Anies Baswedan merupakan darah daging pejuang bangsa.
Selain itu, Anies Baswedan merupakan wajah bagi Indonesia dalam berbagai event Internasional. dan ke lima, Anies Baswedan membuktikan diri sebagai pelayan rakyat.
“Dari berbagai pertimbangan ini kemudian Manies Indonesia memandang bahwa Indonesia harus diselamatkan dan didelegasikan kepada orang yang patut dan layak memimpin bangsa ini,” tukasnya.
Dia melanjutkan bahwa kita harus menyadari bangsa ini sejak awal kelahirannya telah merekomendasikan agar kekuatan kolektif harus menjadi pondasi utama. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, adalah kalimat yang bukan hanya deretan kata tetapi pembuktian atas lahir dan berdiri tegaknya pondasi bangsa.
“Kita pernah berada di bawah ancaman penindasan dan kekejaman penjajahan. Di sana kita benar-benar menjadi asing di tanah kita sendiri. Sejarah ini harusnya menjadi cambuk bagi kita untuk sadar sekaligus peka bahwa kita harus mandiri dan berdiri di kaki sendiri,” jelasnya.
Menurut dia kita sering mendengar pidato monumental yang disampaikan oleh seorang Anies Baswedan sebagai basis argumentasi kekuatan kolektif. Anies Baswedan menyampaikan bahwa banyak orang selalu mengeluh tentang kesenjangan jarak untuk sulit memberikan pemerataan pembangunan.
Debe meyakini dengan kesenjangan jarak membuat kesulitan dalam melakukan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia, padahal jika kita sadar bahwa betapa kita sangat dekat dan semua posisi memiliki kedekatan yang sama.
“Semua anak bangsa yang ada di bumi Indonesia, maka jaraknya adalah titik Nol dari bumi pertiwi. Kita semua sama dekatnya dengan Indonesia. Maka semua pembangunan harusnya sama dan sejajar,” tegasnya.
Lebih jauh Debe menerangkan Anies Baswedan menyampaikan bahwa saat ini kita sedang berdiri tegak ikut kontestasi Pemilu tahun 2024 adalah kontestasi gagasan, maka jangan sampai terjebak dalam gerakan sentimentil dan ikut meruntuhkan pesta demokrasi yang baik ini.
“Kita harus sadar bahwa yang kita perjuangkan adalah hak demokrasi maka tidak boleh ikut-ikutan merendahkan diri dengan merusak pesta demokrasi ini,” katanya.
Untuk itu seluruh Relawan Anies Baswedan kata dia adalah relawan yang tidak berbayar, bukan karena bayaran yang murah dan tidak ada nilainya, tetapi karena relawan yang tak ternilai harganya, begitu mulianya.
“Pak Anies Baswedan juga mengatakan bahwa dalam Pemilu saingan adalah teman dalam demokrasi, maka harusnya saling menghargai bukan saling menjegal. Seluruh perjuangan adalah sejarah yang hari ini kita catat, esok lusa menjadi cerita yang semoga terus menggembirakan bagi anak cucu kelak,” akunya.
Debe melanjutkan hari ini kita meletakkan pondasi dalam demokratisasi berbangsa dan bernegara, esok lusa menjadi referensi bagi generasi setelahnya. Semoga Indonesia senantiasa menjadi rumah besar bagi seluruh anak bangsa dalam tapak jejak kehidupan.
“Kami mencintaimu wahai tanah airku, Indonesia,” jelasnya.
Debe meyakini warisan pengetahuan baik dari sejarah yang tercatat maupun sejarah tutur dan memiliki dimensi kekuatan itu harus terus terjaga.
Menurutnya kita bisa memperdebatkan pikiran hebat yang kita punya, itu karena kita sadar bahwa lahirnya Indonesia karena pertengkaran pikiran dari pendiri bangsa ini seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, dengan segenap pemikir di zaman itu untuk membentuk sebuah negara bangsa yang bisa kita nikmati saat ini.
“Indonesia sudah terbiasa dengan perdebatan para pejuang yang tidak hanya berbicara tetapi juga membuktikan pembicaraan dengan kerja cerdas. Ekpresi kekuatan Indonesia ditunjukkan dengan kematangan cara berpikir anak bangsa,” tambah Direktur Polikrasi itu.