TANGSELXPRESS – Waktu menunjukkan pukul 19.32 WIB saat Rudi melihat arloji bututnya. Dia baru saja menyelesaikan Salat Isya di sebuah musala di kawasan Waru, Sidoarjo, Jawa Timur.
Sebagai sopir taksi online, hari itu Rudi merasa badannya terasa sangat berat. Sejak keluar rumah pukul 13.30 WIB, belum satupun penumpang yang dia angkut.
“Sepi banget hari ini,” keluh Rudi sambil menutup pintu mobilnya.
Sedetik kemudian, hujan pun turun di kawasan itu. Rudi merasa aneh dengan hujan itu.
“Perasaan tadi gak mendung, kenapa tiba-tiba hujan sederas ini,” batin bapak satu anak itu.
Belum hilang rasa herannya, Rudi dikejutkan suara ketukan dari kaca jendela depan sebelah kirinya.
“Pak bisa antarkan saya ke Tuban?” kata seorang wanita berbaju hijau yang mulai kebasahan.
Tanpa pikir panjang, Rudi segera mempersilakan sang wanita masuk ke dalam mobilnya. “Bisa mbak, ayuk cepetan masuk mobil. Keburu basah,” kata Rudi.
Sekilas, Rudi melihat wajah wanita berbaju hijau itu dari spion dalam mobilnya. Wajahnya pucat, rambutnya panjang terurai kebasahan. Tatapannya kosong dan terlihat begitu sedih.
Sesaat, hawa dingin menusuk kulit tubuh Rudi. Dingin yang tidak biasa, dingin yang bikin merinding.
Sekilas, Rudi mencium aroma melati yang menusuk rongga hidungnya.
“Ayuk pak berangkat,” kata wanita itu.
Tanpa pikir panjang, Rudi pun menyalakan mesin mobilnya. Dia kemudian mengarahkan mobil Toyota Avanzanya menuju Tuban.
Tak ada sepatah kata pun yang keluar mulut wanita itu saat mobil Rudi menembus keramaian kota Surabaya. Sesekali Rudi melirik spion mobilnya. Dia kembali melihat wajah wanita itu yang begitu sangat murung.
Ingin bertanya, Rudi takut membuat tamunya tidak nyaman. Dia pun memilih diam.
“Kasihan banget dia,” batin Rudi.
Sekeluarnya dari Kota Surabaya, Rudi kemudian menambah kecepatan mobilnya. Malam itu, jalanan yang biasanya macet, terasa begitu sepi.
Tak terasa, iringan lagu D’Masiv membawanya ke gerbang Kota Tuban tanpa halangan sedikitpun.
“Pak, bisa mampir SPBU sebentar, saya mau buang air kecil,” kata wanita berbaju hijau.
Seperti kebetulan, tak lama setelah wanita itu selesai bicara, Rudi melihat SPBU di sisi kiri jalan. Dia kemudian mengarahkan mobilnya ke sana.
“Bisa istirahat sebentar,” pikir Rudi.
Sambil menunggu sang wanita buang hajat, Rudi memilih memarkirkan mobilnya di pojok SPBU dekat pohon rambutan.
Sudah setengah jam, wanita itu ternyata belum keluar dari toilet SPBU. Rudi mulai khawatir dengan tamunya.
Dia sempat berpikir negatif, penumpangnya itu kabur. Namun, kecurigaannya seketika buyar saat dia melihat tas kecil dan koper milik wanita berbaju hijau di jok belakang. “Ah gak mungkin dia kabur. Tasnya masih ada di sini,” kata Rudi.
Sudah satu jam di SPBU itu, sang penumpang berbaju hijau belum juga kembali ke mobilnya. Rudi kemudian memutuskan untuk mencarinya ke toilet SPBU. “Jangan-jangan sesuatu yang buruk terjadi pada dia,” pikir Rudi.
“Cak, tadi lihat ada wanita baju hijau rambut panjang ke toilet ini gak,” tanya Rudi kepada penjaga toilet.
“Nggak ada tuh mas. Kayaknya yang ke sini tadi cuma bapak-bapak dan ibu-ibu berkerudung,” jawab penjaga toilet.
Mendengar jawaban penjaga toilet, hati Rudi mulai gak karuan. Penasaran, dia memeriksa satu persatu kamar kecil toilet itu.
Wanita berbaju hijau tidak dia temukan di sana.
Kegelisahan Rudi memaksanya untuk kembali ke mobil. Dia kemudian memutuskan untuk membuka tas wanita berbaju hijau.
Di tas kecil yang juga berwarna hijau itu dia temukan KTP atas nama Santi berikut alamat lengkapnya.
Saat itu juga, Rudi memutuskan untuk mengantarkan tas dan koper Santi sesuai alamat yang tertera di KTP. Ternyata, tak sulit menemukan alamat Santi.
“Permisi, apa ini rumahnya Mbak Santi?” tanya Rudi kepada wanita kurus di depannya.
Rudi mengira-ira, sang wanita itu berusia 70 an tahun. Wajahnya mirip Santi, sang penumpang berbaju hijau.
Wanita tua itu tak langsung menjawab pertanyaan Rudi. Ada rasa curiga yang muncul pada tatapan matanya.
“Iya bener, sampeyan siapa nak,” tanya wanita itu penuh selidik.
“Saya Rudi bu, tadi nganter Mbak Santi dari Surabaya. Tapi Mbak Santi menghilang saat di SPBU,” urai Rudi.
Mendengar penjelasan Rudi, wanita itu seketika histeris. Dia seolah gak percaya dengan penjelasan Rudi.
“Mana mungkin Nak, anak saya Santi minta dianter pulang sama sampeyan. Dia sudah meninggal delapan tahun lalu. Dia meninggal kecelakaan saat akan pulang,” kata sang wanita.
Mendengar penjelasan wanita tersebut, giliran Rudi yang kaget dan kemudian tak sadarkan diri.