TANGSELXPRESS – Masyarakat diminta untuk mewaspadai bahaya banjir lahar yang kemungkinan dapat terjadi pada sepanjang aliran sungai-sungai kecil yang merupakan anak Sungai Besuk Kobokan di Gunung Semeru, Jawa Timur.
Imbauan tersebut disampaikan oleh Koordinator Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Oktory Prambanan, Selasa (13/12) malam.
“Ketika awan panas guguran sudah berkurang bukan berarti Gunung Semeru ini diam saja, tetapi ada bahaya lain yang mengintai, yaitu aliran lahar,” kata Prambada.
PVMBG merekomendasikan masyarakat agar tidak beraktivitas pada jarak 13 kilometer sebelah tenggara di lereng Gunung Semeru, dengan potensi perluasan hingga sejauh 17 kilometer.
Oktory menjelaskan, Gunung Semeru kini telah memiliki empat komponen yang dapat menyebabkan banjir lahar, yaitu curah hujan tinggi, ada material erupsi, sudut kemiringan yang tinggi, dan ada lembah.
“Keempat parameter itu sudah ada di Gunung Semeru, sehingga diharapkan agar masyarakat waspada terhadap aliran lahar yang akan terjadi mengingat curah hujan tinggi terutama pada Desember 2022 dan Januari 2023,” ujarnya.
Gunung api itu dipantau secara visual dan instrumental dari dua Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) yang berada di Desa Sumber Wuluh Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang, serta di Desa Agrosuko, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang.
Pada 4 Desember 2022, pemerintah sempat menaikkan status dari sebelumnya Level III atau Siaga menjadi Level IV atau Awas seiring tingginya aktivitas vulkanik dan erupsi yang terjadi di Gunung Semeru.
Setelah lima hari berselang dan aktivitas vulkanik terpantau menurun pada 9 Desember 2022, pemerintah memutuskan menurunkan status gunung api itu menjadi Level III atau Siaga.