TANGSELXPRESS – Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menilai Kota Tangerang Selatan (Tangsel) belum memiliki transportasi umum yang memadai. Hal itu menyusul hilangnya bus Trans Anggrek Circle Line dari peredaran, Rabu 30 November 2022.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI Provinsi Banten, Muhammad Hafizh Ardianto menilai Tangerang Selatan sebagai kota satelit yang berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat belum memiliki penataan transportasi publik yang baik.
“Tangerang Selatan itu sudah 14 tahun, tapi saya anggap belum punya penataan transportasi publik yang baik. Misalnya stasiun ke titik-titik pemukiman itu belum ada. Mungkin ada, tapi tidak dikelola dengan baik,” terang Muhammad Hafizh Ardianto.
“Trans anggrek juga bagaimana kabarnya dan sudah ngga jelas itu kabarnya. Itu ada dimana coba itu dikelola dengan baik, Trans Anggrek jangan hanya terparkir,” ujarnya.
Dengan demikian, Hafizh menjelaskan mengenai tata kelola transportasi publik yang baik. Menurut Hafizh, tata kelola transportasi yang baik pertama dilihat dari peremajaan dan alur konektivitas masyarakat dalam menggunakannya.
Akhirnya mereka masyarakat memilih ojol, taksi online, atau membawa mobil senidiri sehingga menyebabkan titik kemacetan pada saat berangkat atau pulang kerja di titik-titik dekat stasiun atau pasar.
“Angkot-angkotnya sudah tua, bahkan beberapa sudah bobrok. Melihat itu, tentunya tidak menjadi pilihan utama para komuter atau masyarakat yang menggunakan transportasi kereta, untuk menggunakan angkot,” kata Hafizh.
Dengan begitu, menurut Hafizh, saat ini perlu regulasi dan kebijakan pemerintah untuk menata dan mengelola transportasi umum. Hal itu untuk mengatasi problem kemacetan di Tangerang Selatan yang belum kunjung teratasi.
Pantauan wartawan, beberapa ruas jalan di Tangerang Selatan sering menjadi langganan macet. Titik kemacetan seperti terjadi di Jalan Siliwangi-Muncul, Persimpangan South City Pondok Cabe, Persimpangan Serua, Perempatan Duren dan Jalan Dewi Sartika Ciputat.