TANGSELXPRESS – Banyak cara untuk menunda kehamilan. Risiko yang paling minim tentu akan menjadi pilihan agar hormon tidak terganggu.
Kontrasepsi mandiri, salah satunya dengan metode coitus interruptus atau memutus senggama cukup populer di kalangan pasangan yang ingin menunda kehamilan.
Mengutip Brittanica, coitus interruptus atau penarikan penis sebelum ejakulasi merupakan salah satu metode tertua. Meskipun tidak dapat diandalkan, masih dipraktikkan secara luas hingga saat ini.
Metode ini ternyata juga telah digunakan sejak zaman Mesir Kuno. Kemudian, sebelum akhir abad ke-19, pemahaman yang lebih besar tentang anatomi dan fisiologi reproduksi menyebabkan meluasnya penggunaan metode kontrasepsi yang lebih modern. Sterilisasi pun menjadi salah satu bentuk kontrasepsi yang paling efektif dan bersifat permanen.
Jadi memang senggama putus ini bisa disebut memiliki efektivitas lebih rendah ketimbang berbagai cara kontrasepsi modern.
Melansir dari Medicalexpress, Dayle Steinberg, CEO Planned Parenthood of Southeastern Pennsylvania mengatakan, “Senggama putus sangat sulit dikendalikan saat tengah melakukan hubungan seks.”
Namun, banyak pula pasangan yang menganggap lebih baik menggunakan cara itu daripada tidak sama sekali. Padahal, risiko kehamilan dengan metode tersebut masih sangat mungkin.
Guttmacher Institute, pada 2002 pernah mengadakan penelitian perbandingan kontrasepsi antara metode senggama putus dan penggunaan kondom. Hasilnya pun cukup jauh. Sebanyak 25 hingga 27 persen pasangan yang menggunakan metode senggama putus hamil per tahun, sedangkan dengan kondom hanya 14 hingga 15 persen.
Banyak dokter juga menyebutkan metode ini sangat berisiko jika pasangan secara aktif berusaha menghindari kehamilan.
Secara khusus, karena sebelum orgasme dan ejakulasi pria, ada sejumlah kecil air mani pra-ejakulasi yang dilepaskan, yang mengandung sperma. Bahkan jumlah air mani yang sedikit ini masih dapat menyebabkan kehamilan jika sang wanita sedang berovulasi.