TANGSELXPRESS — Pemerintah Daerah (Pemda) di Tangerang Raya seperti Pemkot Tangerang, Pemkot Tangerang Selatan dan Pemkab Tangerang harus melakukan evaluasi dan perbaikan pada sektor pelayanan publik.
Hal itu seiring dengan tingginya tingkat ketidakpuasan warga seperti terpotret dari hasil survei Kajian Politik Nasional (KPN), Sabtu 22 Oktober 2022.
Dalam survei yang berlangsung di Tangerang Raya, sebanyak 38,6 persen warga dari 440 responden terpilih di Kabupaten Tangerang menjawab tidak puas atas pelayanan publik dari Pemkab Tangerang. Sebanyak 32,3 persen menjawab puas, dan 29,1 persen menjawab biasa saja.
Kondisi berbeda terjadi di Kota Tangerang, dari responden 440, sebanyak 78,3 persen responden menyatakan puas atas pelayanan publik. Hanya 7,3 persen yang menjawab tidak puas, dan 14,3 persen yang menjawab biasa saja.
Kemudian, hasil nyaris serupa terjadi di Kota Tangerang Selatan. Survey di kota hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang itu, sebanyak 61 persen responden menyatakan puas atas pelayanan publik. Sebanyak 11 persen menjawab tidak puas, dan 27,3 persen menjawab biasa saja.
Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional Adib Miftahul mengatakan, hasil survei itu bisa menjadi acuan bagi Pemda di Tangerang Raya untuk menentukan kebijakan publik selanjutnya.
“Survei ini mengukur tingkat kepuasan publik di Tangerang Raya dengan hasil ada gap yang begitu tinggi di antaranya ketimpangan sosial ekonomi, ketimpangan infrastruktur di kota urban ini antara Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang dan Tangsel,” terang Miftahul Adib.
“Selain itu, ada gap yang semakin dalam antara pembangunan yang dilakukan pemda dan pihak developer atau pengembang. Dari hasil survei itu, Kota Tangerang unggul,” ungkapnya kepada wartawan saat menggelar konferensi pers di Hotel Ibis, Gading Serpong, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang.
Meski begitu, Adib menjelaskan bahwa tata ruang dan tata wilayah di Tangerang Raya harus menjadi perhatian serius. Karena dari survei itu, tingkat kepuasan publik terhadap pelayanan pemda cenderung rendah.
Seperti yang diketahui dari hasil survey, dimana sebesar 54 persen responden di Kabupaten Tangerang menjawab tidak puas atas penanganan masalah banjir, 21 persen menjawab biasa saja, dan 25 persen menjawab puas.
Demikian pun di Kota Tangerang, sebesar 61 persen responden menjawab biasa saja atas penanganan banjir yang dilakukan Pemkot Tangerang, 17 persen menjawab tidak puas, dan 22 persen menjawab puas.
Sementara, sebanyak 52 persen responden di Kota Tangerang Selatan juga menjawab penanganan banjir oleh Pemkot Tangsel biasa-biasa saja. Sebanyak 30 persen menjawab puas, dan 18 persen menjawab tidak puas.
“Tata ruang dan tata wilayah di Tangerang Raya ini harus menjadi perhatian serius agar kebijakan pemangku kepentingan berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Karena yang dikeluhkan oleh warga Tangerang Raya adalah soal macet dan banjir,” jelas Adib.
“Misalnya responden di wilayah Tangerang Utara banyak yang mengatakan kenapa yang tadinya tidak banjir, sekarang banjir. Ternyata resapan air berkurang, dari lahan terbuka hijau menjadi pemukiman,” paparnya.
Dengan demikian, Adib menegaskan terkait hal tersebut. Menurutnya, pembangunan harus ada sinergi antara pemkot setempat dengan pihak developer atau pihak swasta.
“Prioritas pembangunan harus ada sinergi antara pemda dengan swasta dan tentu kolaborasi partisipasi dari masyarakat. Harus sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku,” kata Adib saat menyampaikan hasil survey-nya.
“Jangan sampai ada perselingkuhan politik dan kebijakan, jangan atas nama atau berkilah soal investasi dan pembangunan, tata ruang tata wilayah gampang berubah menuruti selera pengembang besar,”ujarnya.
Adib menekankan, survei tersebut juga bisa menjadi triger bagi pemangku kepentingan di Tangerang Raya, sebab wilayah tersebut menjadi etalase sebagai daerah satelit yang potensial. Sehingga jangan sampai hanya dikuasai oleh oligarki politik yang kemudian berujung oligarki nafsu kekuasaan.
“Hasil survei ini bisa menjadi kontrol sosial, dibawa diskusi ke warung-warung kopi. Kami berharap terjadi pola pembangunan kolaboratif yang melibatkann partisipatif masyarakat,” pungkasnya.
Terpisah, dalam menanggapi hasil survey tersebut komunikolog politik dan kebijakan publik dari Forum Politik Indonesia (FPI), Tamil Selvan menjelaskan terkait analisanya terhadap hasil survey tersebut.
Menurut Tamil, pertanyaan pertama tentang kepuasan pelayanan publik merupakan jawaban jujur dari responden karena sifat pertanyaan yang on the spot. Menurutnya kepuasan yang mencapai 60% lebih merupakan cerminan real prestasi Pemerintah Kota Tangerang.
“Memimpin 13 Kecamatan dengan APBD kurang lebih 4 triliun dan tanpa ada wilayah yang di handle oleh pengembang, kepuasan masyarakat 60% itu sungguh prestasi besar,”jelas Tamil saat dijumpai wartawan secara terpisah.
Disisi lain, menelaah hasil survei Kabupaten Tangerang, Tamil justru memberi pandangan berbeda dari kritik-kritik diruang publik yang tendensius dengan Pemerintahan Kabupaten.
Menurutnya, jumlah wilayah yang dipimpin oleh pemerintah Kabupaten Tangerang dengan jumlah APBD yang hanya sekitar 6 triliun dianggap tidak balance.
“Jadi salah jika kita menyalahkan seolah pemerintah kabupaten ini tidak bekerja, justru secara fundamental APBD sangat terbatas untuk wilayah yang begitu luas,” ujarnya.
Dengan begitu, Tamil menegaskan, bahwa secara hipotesa Pemkab Tangerang dinilai sudah tepat dalam membuka ruang investasi swasta di wilayahnya. Walaupun, kata dia, ada implikasi terkait tata ruang, tata wilayah yang merugikan masyarakat.
“Itu bagian dari resiko kewenangan. Poinnya adalah alasan pengambilan keputusan itu tidak diketahui masyarakat, sehingga muncul kritik. Solusinya Komunikasi Publik Pemkab harus diperkuat,” jelasnya.
Sebagai informasi, survei tersebut berlangsung pada 10-15 November 2022 yang mengukur kepuasan warga pada isu pelayanan publik, aksesiblitas, banjir, macet. Kesehatan, ketimpangan sosial, bantuan sosial, lapangan kerja, UMKM, pendidikan, dan kebijakan anggaran.
Dalam survei yang dilakukan KPN tersebut menggunakan metodologi multistage random sampling (MRO) margin of error sekitar 3,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.