TANGSELXPRESS- Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan sudah ada 241 kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal atau acute kidney injury (AKI) di Indonesia. Angka kematian pada kasus ini lebih dari setengahnya.
“Sampai sekarang sudah mengidentifikasi ada 241 kasus gangguan ginjal progresif atipikal di 22 provinsi,” kata Budi pada konferensi pers Jumat (21/10).
“Dengan 133 kematian atau 55 persen dari kasus yang ada,” lanjut Budi.
Dalam keterangannya, Budi mengatakan kasus gangguan ginjal akut pada anak terjadi tiap bulan sekitar 1-2 kasus per bulan. Tren kenaikan mulai terjadi pada Agustus lalu. Di bulan tersebut ada 36 anak yang dilaporkan mengalami gangguan ginjal akut.
Lalu, pada September kasus bertambah 76. Lalu di bulan ini sudah ada 110 lagi tambahan kasus gangguan ginjal akut.
Dari 241 kasus, penyakit ini paling banyak menyerang anak usia 1-5 tahun yakni 153 kasus.
“Kejadian ini paling banyak menyerang balita, di bawah lima tahun,” kata Budi lagi.
Berikut rincian jumlah kasus berdasarkan umur:
– Di bawah 1 tahun: 26 kasus
– 1- 5 tahun: 153 kasus
– 6-10 tahun: 37 kasus
– 11-18 tahun: 25 kasus
Pada 241 kasus, sebagian dari anak-anak mengalami demam, mual, muntah, infeksi saluran pernapasan atas, diare, nyeri bagian perut, dehidrasi dan pendarahan. Kemudian anak tersebut mengalami penurunan jumlah urine bahkan hingga tidak bisa pipis sama sekali.
“Di bulan Agustus-September kita lihat yang masuk rumah sakit cepat sekali kondisinya memburuk. Sesudah lima hari (sakit), urine menurun secara drastis. Sehingga 55 persen meninggal dunia,” kata Budi lagi.
Penyebab kenaikan kasus gangguan ginjal akut pada anak kemudian segera ditindaklanjuti dengan penelitian oleh Kementerian Kesehatan pada September 2022. Salah satu temuan yang ada, bahwa kasus ini tidak terkait dengan COVID-19 dan vaksin COVID-19. Pemerintah pun terus mencari tahu penyebabnya hingga kini.







