TANGSELXPRESS- Tragedi pilu terjadi seusai Arema FC kalah 2-3 dari tamunya, Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10). Kecewa dengan kekalahan, Aremania (suporter Arema) masuk ke lapangan dan situasi tak terkendali berakhir jadi duka. Kepolisian menyebut suporter yang berbuat anarkis ditembakkan gas air mata.
Dalam tragedi itu 127 orang, dua di antaranya anggota Polri tewas dan 180 orang masih dirawat.
Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta, mengatakan, selama 2×45 menit pertandingan berjalan lancar tanpa gejolak berarti. Namun usai pertandingan, sejumlah suporter yang tak puas dengan hasil itu turun dari tribun lalu merangsek masuk ke dalam lapangan.
“Masalah terjadi usai pertandingan, mereka kecewa kalah di kandang sendiri sebelumnya selama 23 tahun tak pernah kalah,” kata Nico dalam keterangan resminya di Malang, Minggu, (2/10).
Kekecewaan ini, lanjut Nico, yang membuat para suporter turun ke tengah lapangan untuk mencari pemain dan ofisial Arema FC. Hal ini dinilai Nico membahayakan keselamatan tim Persebaya maupun Arema.
Petugas keamanan yang berusaha menghalau tak digubris. Situasi kacau tak terkendali, bahkan ada beberapa petugas yang mendapat pukulan dari suporter. Karena itulah petugas kepolisian kemudian melepaskan tembakan gas air mata.
“Mereka pergi ke satu titik di pintu 12 kemudian ada penumpukan dan di sana (menyebabkan) kekuarngan oksigen, sesak napas. Tim medis di dalam stadion berupaya menolong,” ujar Nico.
Ia mengatakan, tidak semua dari total 42 ribu penonton yang memenuhi Stadion Kanjuruhan berbuat anarkis. Diperkirakan ada sekitar tiga ribu penonton yang merangsek masuk lapangan. “Jadi kalau semua patuh aturan maka kami akan kerja baik,” ucapnya.