TANGSELXPRES – Mengenal lebih jauh sosok Mohammad Jembar, sang aktifis lingkungan hidup dan aktifis sosial yang dikenal kritis serta vokal dalam penegakan aturan.
Pria kelahiran Tangerang tersebut kini didapuk menjadi Ketua Pembina Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Kabupaten Tangerang dengan anggota 246 Kepala Desa.
Terlahir dari Keluarga Biasa
Pria yang akrab disapa Jembar tersebut mengaku terlahir dari keluarga biasa yang menjunjung tinggi kulturalisme dan budaya, serta tak meninggalkan ciri khas kampung dalam kehidupan sehari-hari.
Sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah, dirinya aktif berorganisasi serta berwirausaha hingga mendapatkan beasiswa perguruan swasta di salah satu perguruan tinggi di Bandung, Jawa Barat.
Namun, dibalik kesuksesannya tersebut dirinya harus menelan pil pahit disebabkan tak jadi mengambil tawaran beasiswa akibat perekonomian keluarga yang kurang mendukung.

Beselang satu tahun, dirinya melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi dengan mengambil fakultas sosial politik seraya bekerja serta aktif mengikuti pergerakan mahasiswa, namun pada semester tiga kuliah-nya harus terhenti gegara ekonomi.
Seiring dengan membaiknya perekonomian keluarga, sang aktifis pun kembali melanjutkan kuliahnya serta aktif dalam pergerakan mahasiswa seperti pristiwa kasus 27 Juli 1996 serta pergerakan lainnya.
Aktifis
Pada tahun yang sama, aktifis Tangerang Utara itu pun menikah dengan sang pujaan hati serta berkiprah di bidang lingkungan hidup dengan mendirikan organisasi “Gerapeli” (Gerakan Rakyat Peduli Lingkungan Indonesia) serta “Garda Peduli Lingkungan”.
“Kenapa saya banyak konsentrasi di Lembaga, karena kita punya rekan donatur yang membiayai Lembaga itu sendiri. Organisasi jika tak punya gizi, ya bisa bisa gizi buruk,” ujar sang aktifis.
Di sisi lain, dirinya pun aktif pada pergerakan sosial serta menjadi pembina pada organisasi Pospera serta Gerakan Mahasiswa Tangerang termasuk mendirikan LSM APHRA (Aliansi Peduli Hak Rakyat) sampai lulus kuliah.

Seusai lulus S1 Sosial Politik, sang aktifis pun kembali melanjutkan S2 di bidang Administrasi Negara serta mulai merambah dunia politik dengan ikut bergabung di partai besutan Megawati Soekarnoputri.
“Di politik saya banyak gagalnya. Sebelum menikah pun saya sebenarnya sudah berkiprah di PDI (Partai Demokrasi Indonesia) sampai berubah jadi PDI-P (Perjuangan). Pada 2022 ini akhirnya bergabung Partai NasDem sesuai dengan Restorasi atau Perubahan,” terangnya.
“Karena hobbi saya adalah bagaimana bergaul yang baik dan bisa diterima dengan baik, ternyata orang baik itu jadi tantangan terbesar,” imbuh sang aktifis seraya menyeruput secangkir kopi.
Sang aktifis yang mengaku memiliki prinsip keras serta senantiasa bicara aturan tersebut, mendapatkan benturan dari berbagai pihak yang merasa kepanasan kendati kritikannya bersifat membangun.
Menurut dia, baik, benar dan jujur termasuk menggunakan hati dan pikiran adalah bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan untuk menguatkan, membentengi diri dari segala bentuk yang menyalahi aturan.
“Sebelum saya menjadi Ketua Pembina APDESI saya banyak mengkritisi yang bersifat membangun sampai mengadakan aksi-aksi. Tahun 2016-2017 banyak oknum Kepala Desa kita ingatkan dan laporkan terkait penyimpangan penyalahgunakan anggaran dana desa (add),” ungkapnya.
“Kita temui Kepala Dinas (Kadis) bukan meminta sesuatu, namun meminta untuk selamatkan uang rakyat. Saya berfikir bahwa dulu kades yang tanpa dana desa, tanpa punya gaji, bisa menghidupi anak istrinya sampai anaknya kuliah dan lulus,” tambahnya.
Ketua Pembina APDESI Kabupaten Tangerang
Menurut Jembar, untuk menduduki jabatan Ketua Pembina APDESI tidaklah datang tiba-tiba namun melalui proses yang panjang serta pemikiran yang matang serta niat pengabdian yang tulus untuk masyarakat.

Dia menyebut, melalui APDESI dirinya ingin berkontribusi untuk mencerdaskan dengan melakukan pembinaan kepada para Kepala Desa (Kades) yang memiliki latar belakang berbeda-beda kendati tak memiliki gaji maupun anggaran operasional.
“Kenapa saya mau menjadi pembina ketika diminta oleh Ketua APDESI bapak H. Maskota dan Kadis DPMPD Dadan Gandana karena kita harus bisa mengedukasi, pembinaan dan memproteksi langkah serta memberikan solusi, ini yang menjadi satu kebahagiaan buat saya,” ucapnya.
Di sisi lain, silaturahmi adalah tolok ukur bagi dirinya yang bertujuan untuk menguatkan jati diri Kepala Desa bahwa sebuah kepemimpinan di desa harus mengetahui sekecil apapun tentang kehidupan masyarakat.
Melalui momentum itu, dirinya mengaku ingin membuka ruang agar dapat memberikan suatu pemahaman, edukasi tentang sistem pelayanan termasuk administrasi yang belum terarah atau rawan konflik dan bermasalah dengan hukum.
Dia menegaskan, desa berkembang maupun desa yang belum berkembang yang berada di Tangerang akan menjadi prioritas untuk dilakukan pembinaan serta menjadi pekerjaan rumah bagi para anggota APDESI.

Kendati demikian, dirinya pun tak menampik bahwa terwujudnya edukasi tersebut perlu sinergitas yang baik antara APDESI, Kades, Kepala Daerah, Kadis, Pemdes, Pemda, Camat serta elemen masyarakat lainnya.
Dirinya meyakini, sehebat apapun kepala daerah tak akan mampu membangun daerahnya dengan baik tanpa melibatkan kades atau asosiasi kades, tokoh masyarakat, ulama, organisasi pemuda dan organisasi maasyarakat lainnya.
Dirinya pun mengajak ormas, LSM, media, KNPI, karang taruna, pemuda, organisasi wanita dan lainnya dapat bersatu bersama melakukan perbaikan dan mensuport segala bentuk kegiatan pemerintah untuk kebaikan masyarakat.
“Agar lembaga, organisasi bisa berbuat nyata untuk kepentingan masyarakat. Masyarakat kecil akan terbantu dan bisa terselamatkan dari kehidupan-kehidupan yang tidak menentu,” harapnya.
Dirinya menyebut, saat ini sedang konsentrasi membantu masyarakat dalam sistem pelayanan KTP, KK, Akta Kelahiran di Tangerang yang dinilai masih kurang.

Dengan hadirnya organisasi atau lembaga lain diharapkan dapat menjembatani dan membantu warga yang tak memiliki kemampuan dalam pembuatan KTP, KK dan lainnya bisa terbantu.
“Agar masyarakat kecil bisa terbantu dari sisi pelayanan kita perlu hadir. Karena ikhlas membantu masyarakat miskin adalah bagian dari ibadah. Dan membantu proses perbaikan sistem pendudukan, Disdukcapil pun juga akan terbantu,” ungkapnya.
Pesan untuk Kepala Desa di Tangerang
Terakhir, pria yang khas dengan peci hitam-nya itu pun berpesan kepada seluruh kades di Tangerang agar senantiasa bijak dalam menyikapi segala sesuatu yang terjadi khususnya di era keterbukaan informasi publik.
“Hukum berlaku bagi orang yang bersalah, tapi jangan pernah takut. Kalau kita benar, insyaallah kita tidak akan bermasalah,” tegasnya kepada media ini di kediamannya yang berada di Sepatan, Tangerang, Minggu (25/9) malam.
“Teruslah berbuat baik, berinovasi, lakukan sesuatu yang terbaik untuk desa dan keluarga sebagai pemimpin desa. Karya dan perjuangan kita, tidak lepas dari kepentingan masyarakat bukan kepentingan pribadi,” imbuhnya.

Selain itu, dirinya juga berpesan untuk tak khawatir dengan segala permasalahan yang terjadi di desa. Dia berharap, melalui permasalahan itu dapat dijadikan proses pendewasaan dalam kepemimpinan dan pengabdian ke masyarakat.
“Jikalau pun memang ada permasalahan di tingkat desa, kami dan kawan-kawan semua di pengurus maupun pembina APDESI, siap memberikan bantuan dalam konteks konsultasi, pendampingan hukum, termasuk melakukan edukasi, pendekatan dan mencari solusi,” pungkasnya.