TANGSELXPRESS – Nama gembong Partai Komunis Indonesia (PKI), Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit secara terang-terangan tidak bisa dipisahkan dengan nama Kota Solo dan Boyolali. Pasalnya, jejak gembong PKI DN Aidit dikabarkan mengalami detik-detik akhir hayat di dua lokasi yang masuk wilayah Propinsi Jawa Tengah itu.
Berdasarkan informasi yang berhasil dirangkum TANGSELXPRESS dari berbagai sumber menjelaskan, bahwa DN Aidit dikabarkan ditangkap di Kota Solo sebelum dieksekusi di daerah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada bulan November 1965, Selasa 27 September 2022.
DN Aidit ditangkap dan berakhir dieksekusi lantaran dianggap bertanggungjawab atas tragedi tewasnya 6 Jenderal TNI yang jenazahnya ditemukan tertimbun di sumur tua Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Berdasarkan informasi yang dirangkum, DN Aidit ditangkap oleh pasukan tentara pada Senin dini hari tanggal 22 November 1965 di Kampung Sambeng, Mangkubumen, Banjarsari, Solo.
Setelah penangkapan itu, DN Aidit langsung dibawa ke Boyolali dan ditembak dekat sumur tua yang berlokasi di belakang Markas Batalyon 444 Boyolali. Bahkan, kabar beredar bahwa jenazah DN Aidit dikabarkan berada di dasar sumur tua usai dieksekusi.
Berdasarkan informasi lainnya, kedatangan DN Aidit ke Solo bukan tanpa alasan. Hal itu lantaran saat itu Kota Solo dikenal sebagai daerah kekuatan basis PKI, karena Wali Kota Solo saat itu bernama Utomo Ramelan disebut-sebut merupakan bagian dari PKI.
Meski memiliki kesamaan menjadi bagian PKI, namun Utomo Ramelan dan DN Aidit memiliki pendapat berbeda mengenai revolusi. Kabarnya, Utomo Ramelan masuk dalam kelompok PKI radikal pro terhadap revolusi, sedangkan DN Aidit masuk dalam kelompok moderat untuk menyelamatkan PKI dari ambang kepunahan.